Mohon tunggu...
Wiwin Zein
Wiwin Zein Mohon Tunggu... Freelancer - Wisdom Lover

Tinggal di Cianjur

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Kisah Menyentuh Film Religi "Surga yang Tak Dirindukan"

5 April 2023   04:00 Diperbarui: 5 April 2023   04:01 951
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Film “Surga yang Tak Dirindukan” merupakan salah satu film religi yang dirilis tahun 2015 lalu. Film ini diadaptasi dari novel karya Asma Nadia dengan judul yang sama.

Film “Surga yang Tak Dirindukan” disutradarai oleh Kuntz Agus. Sementara produser dari film ini adalah Manoj Punjabi dan Hanung Bramantyo.

Pemeran atau tokoh utama dari film “Surga yang Tak Dirindukan” adalah Fedi Nuril (sebagai Prasetya), Laudya Chynthia Bella (sebagai Citra Arini), dan Raline Shah (sebagai Meirose).  

Film ini berkisah tentang kehidupan rumah tangga antara Prasetya (Fedi Nuril) dan Arini (Laudya Chynthia Bella). Kehidupan rumah tangga keduanya tenang, tenteram, harmonis, dan bahagia.

Prasetya adalah seorang suami yang baik dan sangat mencintai istrinya, Arini. Begitu pun Arini, sosok seorang istri yang baik, setia, patuh, dan taat pada suaminya.

Arini sungguh ingin mewujudkan kehidupan rumah tangganya sebagai “surga”. Oleh karena itu Arini benar-benar totalitas mengabdikan dirinya sebagai seorang istri.

Namun kehidupan rumah tangga Prasetya-Arini terusik dengan kehadiran sosok lain dalam kehidupan rumah tangga mereka. Sosok itu tak lain adalah sahabat dekat Arini, yakni Meirose (Raline Shah).

Meirose adalah seorang wanita yang sedang mengalami depresi karena ditinggal oleh orang yang telah menghamilinya. Meirose pun berusaha untuk bunuh diri,

Pertemuan Prasetya dengan Meirose terjadi secara tidak sengaja. Pertemuan Prasetya dengan Meirose terjadi dalam peristiwa kecelakaan.

Suatu hari ketika Prasetya akan berangkat ke kantor, ia melihat sebuah kecelakaan mobil. Ternyata dalam mobil iutada seorang perempuan. Perempuan itu kemudian diketahui bernama Meirose.

Nyawa Meirose bisa diselamatkan. Begitu pula dengan bayi laki-laki yang ada dalam kandungan Meirose bisa lahir dengan selamat.

Meirose yang sedang mengalami depresi berusaha melakukan percobaan bunuh diri lagi. Prasetya kembali berhasil menyelamatkan Meirose. Prasetya kemudian jatuh iba kepada Meirose.

Dari jatuh iba, Prasetya juga selanjutnya jatuh cinta kepada Meirose. Akhirnya Prasetya menikahi Meirose secara diam-diam tanpa sepengetahuan istrinya, Arini. Meirose merasa sangat terharu dan bahagia bisa dinikahi oleh seorang laki-laki sebaik Prasetya.

Akan tetapi Prasetya semakin hari semakin merasa bersalah kepada Arini, istri pertamanya. Prasetya pun berniat menceritakan poligaminya kepada Arini.

Akhirnya Prasetya menceritakan poligaminya kepada Arini. Awalnya Arini tidak percaya dengan pengakuan suaminya itu.

Setelah sadar bahwa suaminya telah menikah lagi dengan Meirose, Arini merasa kecewa dan terluka. Hati Arini hancur.

Kehidupan rumah tangga Prasetya-Arini yang semula harmonis kemudian berubah drastis. Konflik pun mulai mewarnai rumah tangga Prasetya-Arini.

Arini merasa rumah tangganya yang bahagia telah dirusak oleh Meirose. Oleh karena itu Arini merasa rumah tangganya dengan Prasetya bukan lagi surga yang dirindukan.

Ada beberapa pesan moral yang bisa kita ambil dari Film “Surga yang Tak Dirindukan” di atas. Antara lain pertama, kehidupan di dunia tidaklah kekal. Ketika sedang berada dalam kehidupan yang bahagia dan diinginkan, suatu waktu bisa berubah menjadi kehidupan yang tidak bahagia dan tak diinginkan.

Kedua, kadang kita dihadapkan kepada pilihan yang berat. Seperti ketika Prasetya harus menikahi Meirose. Jika tidak dinikahi khawatir Meirose akan terus depresi dan melakukan bunuh diri lagi. Sementara jika dinikahi berarti “mengkhianati” Arini, istrinya.

Ketiga, poligami masih menjadi sesuatu yang tabu bagi sebagian besar masyarakat kita. Terutama bagi mayoritas kaum perempuan, mereka masih memandang poligami sebagai sebuah bentuk pengkhianatan seorang suami pada istrinya.

Padahal masalah poligami di sebagian tempat di dunia bukanlah sebuah masalah. Poligami sudah dipandang sebagai hal yang biasa adanya.

Keempat, pada akhirnya kita harus bisa menerima kenyataan hidup. Apa pun yang terjadi kita harus bisa menerimanya. Sebab apa yang terjadi seringkali bersifat unpredictable.

Terakhir kelima, manusia hanya bisa merencanakan, tapi Tuhan juga yang menentukan. Man propose God dispose.

Semoga bermanfaat.

#samber thr
#samber 2023 hari 5

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun