Nyawa Meirose bisa diselamatkan. Begitu pula dengan bayi laki-laki yang ada dalam kandungan Meirose bisa lahir dengan selamat.
Meirose yang sedang mengalami depresi berusaha melakukan percobaan bunuh diri lagi. Prasetya kembali berhasil menyelamatkan Meirose. Prasetya kemudian jatuh iba kepada Meirose.
Dari jatuh iba, Prasetya juga selanjutnya jatuh cinta kepada Meirose. Akhirnya Prasetya menikahi Meirose secara diam-diam tanpa sepengetahuan istrinya, Arini. Meirose merasa sangat terharu dan bahagia bisa dinikahi oleh seorang laki-laki sebaik Prasetya.
Akan tetapi Prasetya semakin hari semakin merasa bersalah kepada Arini, istri pertamanya. Prasetya pun berniat menceritakan poligaminya kepada Arini.
Akhirnya Prasetya menceritakan poligaminya kepada Arini. Awalnya Arini tidak percaya dengan pengakuan suaminya itu.
Setelah sadar bahwa suaminya telah menikah lagi dengan Meirose, Arini merasa kecewa dan terluka. Hati Arini hancur.
Kehidupan rumah tangga Prasetya-Arini yang semula harmonis kemudian berubah drastis. Konflik pun mulai mewarnai rumah tangga Prasetya-Arini.
Arini merasa rumah tangganya yang bahagia telah dirusak oleh Meirose. Oleh karena itu Arini merasa rumah tangganya dengan Prasetya bukan lagi surga yang dirindukan.
Ada beberapa pesan moral yang bisa kita ambil dari Film “Surga yang Tak Dirindukan” di atas. Antara lain pertama, kehidupan di dunia tidaklah kekal. Ketika sedang berada dalam kehidupan yang bahagia dan diinginkan, suatu waktu bisa berubah menjadi kehidupan yang tidak bahagia dan tak diinginkan.
Kedua, kadang kita dihadapkan kepada pilihan yang berat. Seperti ketika Prasetya harus menikahi Meirose. Jika tidak dinikahi khawatir Meirose akan terus depresi dan melakukan bunuh diri lagi. Sementara jika dinikahi berarti “mengkhianati” Arini, istrinya.
Ketiga, poligami masih menjadi sesuatu yang tabu bagi sebagian besar masyarakat kita. Terutama bagi mayoritas kaum perempuan, mereka masih memandang poligami sebagai sebuah bentuk pengkhianatan seorang suami pada istrinya.