Sang teman kemudian memanggil pelayan, minta beberapa buah jeruk nipis. Si pelayan pergi ke belakang bermaksud mengambil apa yang diminta sang teman.
Tak lama kemudian si pelayan datang. Sambil minta maaf dia bilang jeruk nipisnya tidak ada, habis. Sang teman pun terlihat sedikit kecewa.
Kita kembali saling pandang. Kita juga bertanya-tanya, mengapa di rumah makan sebesar ini sekedar jeruk nipis saja tidak ada? Apakah harga jeruk nipis terlalu mahal atau langka? Kita tak habis pikir.
Tanpa jeruk nipis kita berempat dengan "terpaksa" akhirnya menyantap sop buntut masing-masing. Memang rasanya terasa ada yang kurang. Tanpa jeruk nipis terasa kurang segar.
Sehabis makan kemudian kita menikmati jus avocado sambil berbincang-bincang. Saya bilang, "Cukup satu kali!".
Ternyata salah seorang dari kita ada yang paham dengan apa yang saya katakan. Sang teman berkata, "Seharusnya pelanggan itu dijaga. Jangan sampai kapok datang lagi".
Saya bilang, "Cukup satu kali!" memang maksudnya kita kapok tak akan mampir untuk kedua kalinya di rumah makan itu. Dengan pelayanan yang buruk, tidak sebanding dengan harga, kita jadi malas untuk mampir lagi. Malah seorang teman berkata. "Kelewatan kalau suatu waktu ada yang mampir lagi ke sini!".
Apa yang kita alami mungkin bisa jadi pelajaran bagi para pengusaha rumah makan lain. Jangan pernah sepelekan kualitas pelayanan. Jangan sampai gara-gara jeruk nipis, pelanggan tak mau datang lagi. Jangan sampai pelanggan lari.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H