Mohon tunggu...
Wiwin Zein
Wiwin Zein Mohon Tunggu... Freelancer - Wisdom Lover

Tinggal di Cianjur

Selanjutnya

Tutup

Foodie Pilihan

Kapok Makan Lagi karena Pelayanan Buruk

7 Februari 2023   21:48 Diperbarui: 8 Februari 2023   06:57 460
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi di sebuah rumah makan (Sumber: dokumentasi pribadi)

Suatu waktu kita berempat pulang dari sebuah perjalanan dari daerah Subang menuju arah kota Bandung, Jawa Barat. Menjelang tengah hari di daerah Lembang, Kabupaten Bandung Barat kita berempat berhenti di sebuah rumah makan yang cukup besar dan terkenal. Kita bermaksud makan siang di sana.

Di depan pintu masuk seorang pelayan berdiri menyambut kita dan para tamu lain. Si pelayan bertanya, apakah mau makan di tempat lesehan atau di meja makan. Kita pilih makan di tempat lesehan.

Kemudian si pelayan menyodorkan dua buku menu makanan. Tampilan buku menu makanan tersebut cukup bagus dan berkelas.

Kita kemudian memilih-milih menu makanan  yang ada di buku menu tersebut. Seorang teman memilih satu makanan. Tapi kata si pelayan menu yang dimaksud tidak ada.

Satu teman yang lain memilih satu menu kesukaannya. Tapi ternyata sama. Kata si pelayan menu yang dimaksud tidak ada.

Kita saling pandang. Kita bertanya-tanya, kok di rumah makan sebesar ini menu yang ada di daftar bisa tidak ada? Kalau begitu mengapa tetap dicantumkan?

Singkat cerita karena beberapa menu yang kita pilih tidak ada, kita kompak pilih satu menu yang sama: sop buntut! Kita lihat harganya cukup mahal. Mungkin 2-3 kali lipat dari rumah makan lain. Tapi kita malas pilih menu yang lain, khawatir tidak ada lagi.

Kita kemudian menuju tempat lesehan yang kebetulan berada di pinggir kolam ikan hias. Sambil menunggu pesanan datang, kita lihat-lihat ikan hias yang beriringan di dalam air kolam yang bening.

Sekira 15 menit menunggu, makanan yang kita pesan kemudian datang. Empat mangkuk sop buntut dan satu bakul kecil nasi plus beberapa hidangan lainnya.

Kita kemudian menyantap makanan yang tadi kita pesan. Namun baru satu dua suap seorang teman merasa ada bumbu yang kurang untuk sop buntut itu. Tak ada jeruk nipis seperti biasa ada dalam sajian sop buntut di daerah kami.

Ilustrasi sop buntut (Sumber: kompas.com)
Ilustrasi sop buntut (Sumber: kompas.com)

Sang teman kemudian memanggil pelayan, minta beberapa buah jeruk nipis. Si pelayan pergi ke belakang bermaksud mengambil apa yang diminta sang teman.

Tak lama kemudian si pelayan datang. Sambil minta maaf dia bilang jeruk nipisnya tidak ada, habis. Sang teman pun terlihat sedikit kecewa.

Kita kembali saling pandang. Kita juga bertanya-tanya, mengapa di rumah makan sebesar ini sekedar jeruk nipis saja tidak ada? Apakah harga jeruk nipis terlalu mahal atau langka? Kita tak habis pikir.

Tanpa jeruk nipis kita berempat dengan "terpaksa" akhirnya menyantap sop buntut masing-masing. Memang rasanya terasa ada yang kurang. Tanpa jeruk nipis terasa kurang segar.

Sehabis makan kemudian kita menikmati jus avocado sambil berbincang-bincang. Saya bilang, "Cukup satu kali!".

Ternyata salah seorang dari kita ada yang paham dengan apa yang saya katakan. Sang teman berkata, "Seharusnya pelanggan itu dijaga. Jangan sampai kapok datang lagi".

Saya bilang, "Cukup satu kali!" memang maksudnya kita kapok tak akan mampir untuk kedua kalinya di rumah makan itu. Dengan pelayanan yang buruk, tidak sebanding dengan harga, kita jadi malas untuk mampir lagi. Malah seorang teman berkata. "Kelewatan kalau suatu waktu ada yang mampir lagi ke sini!".

Apa yang kita alami mungkin bisa jadi pelajaran bagi para pengusaha rumah makan lain. Jangan pernah sepelekan kualitas pelayanan. Jangan sampai gara-gara jeruk nipis, pelanggan tak mau datang lagi. Jangan sampai pelanggan lari.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun