Suatu waktu kita berempat pulang dari sebuah perjalanan dari daerah Subang menuju arah kota Bandung, Jawa Barat. Menjelang tengah hari di daerah Lembang, Kabupaten Bandung Barat kita berempat berhenti di sebuah rumah makan yang cukup besar dan terkenal. Kita bermaksud makan siang di sana.
Di depan pintu masuk seorang pelayan berdiri menyambut kita dan para tamu lain. Si pelayan bertanya, apakah mau makan di tempat lesehan atau di meja makan. Kita pilih makan di tempat lesehan.
Kemudian si pelayan menyodorkan dua buku menu makanan. Tampilan buku menu makanan tersebut cukup bagus dan berkelas.
Kita kemudian memilih-milih menu makanan  yang ada di buku menu tersebut. Seorang teman memilih satu makanan. Tapi kata si pelayan menu yang dimaksud tidak ada.
Satu teman yang lain memilih satu menu kesukaannya. Tapi ternyata sama. Kata si pelayan menu yang dimaksud tidak ada.
Kita saling pandang. Kita bertanya-tanya, kok di rumah makan sebesar ini menu yang ada di daftar bisa tidak ada? Kalau begitu mengapa tetap dicantumkan?
Singkat cerita karena beberapa menu yang kita pilih tidak ada, kita kompak pilih satu menu yang sama: sop buntut! Kita lihat harganya cukup mahal. Mungkin 2-3 kali lipat dari rumah makan lain. Tapi kita malas pilih menu yang lain, khawatir tidak ada lagi.
Kita kemudian menuju tempat lesehan yang kebetulan berada di pinggir kolam ikan hias. Sambil menunggu pesanan datang, kita lihat-lihat ikan hias yang beriringan di dalam air kolam yang bening.
Sekira 15 menit menunggu, makanan yang kita pesan kemudian datang. Empat mangkuk sop buntut dan satu bakul kecil nasi plus beberapa hidangan lainnya.
Kita kemudian menyantap makanan yang tadi kita pesan. Namun baru satu dua suap seorang teman merasa ada bumbu yang kurang untuk sop buntut itu. Tak ada jeruk nipis seperti biasa ada dalam sajian sop buntut di daerah kami.