Mohon tunggu...
Wiwin Zein
Wiwin Zein Mohon Tunggu... Freelancer - Wisdom Lover

Tinggal di Cianjur

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Menjadi Bagian Tim Trauma Healing bagi Korban Gempa Cianjur

26 Desember 2022   07:40 Diperbarui: 26 Desember 2022   16:44 682
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gempa bumi dengan magnitudo 5,6 yang melanda beberapa wilayah (barat daya) kabupaten Cianjur tanggal 21 November 2022 lalu telah mengakibatkan kerusakan yang cukup parah. Selain itu korban jiwa pun tercatat cukup banyak.

Menurut data terakhir (07/12) BNPB (Badan Nasional Penanggulangan Bencana) korban jiwa akibat gempa Cianjur ada 334 orang. Bahkan menurut Bupati Cianjur jumlahnya lebih banyak lagi, mencapai 600 orang. Hal itu dikarenakan banyak korban yang tidak dilaporkan, langsung dimakamkan.

Terlepas dari berapa jumlah korban jiwa gempa Cianjur yang sesungguhnya, gempa Cianjur dipastikan telah menyisakan trauma bagi para korban yang masih hidup. 

Trauma, sebagaimana menurut American Psychological Association adalah sebuah respon emosional korban terhadap peristiwa yang mengerikan.

Dokumentasi pribadi
Dokumentasi pribadi

Bentuk respon emosional korban itu bisa berupa perasaan tegang, sangat terkejut, gejala fisik, atau gejala aneh lainnya. Hal itu kemudian bisa menyebabkan sebuah gangguan mental yang disebut PTSD (Post Traumatic Stress Disorder).

Dengan demikian selain memberikan bantuan materi berupa sembako, pakaian, dan kebutuhan sehari-hari lainnya, banyak pihak yang juga kemudian memberikan bantuan dalam bentuk non-materi.

Bantuan tersebut berupa pendampingan psikologis untuk menghilangkan rasa trauma, memulihkan kepercayaan diri, atau menumbuhkan semangat hidup baru. Itulah yang dikenal sebagai trauma healing.

Pihak yang memberikan bantuan trauma healing bagi para korban gempa Cianjur bermacam-macam. Ada lembaga pemerintah, ada lembaga swasta, dan ada pula ormas (organisasi massa/masyarakat). Baik ormas sosial, ormas keagamaan, ormas kepemudaan, dan lain-lain. Baik yang berasal dari Cianjur sendiri atau berasal dari luar Cianjur.

Namun ada pula pihak yang memberikan bantuan trauma healing bagi para korban gempa Cianjur yang bersifat pribadi atau independen. Artinya mereka tidak terafiliasi kepada satu lembaga atau oragnisasi tertentu.

Dokumentasi pribadi
Dokumentasi pribadi

Dalam hal ini saya sebagai warga Cianjur sendiri berkesempatan bisa menjadi bagian dari pihak yang memberikan bantuan trauma healing bagi para korban gempa Cianjur. Ini sebuah pengalaman yang mengesankan sekaligus menyenangkan.

Saya memahami masyarakat Cianjur adalah masyarakat yang cukup religius. Hal itu tercermin dari sebutan untuk kota Cianjur sendiri yang dikenal sebagai kota santri.

Oleh karena itu supaya "kompatibel" dengan kondisi masyarakat Cianjur yang religius, saya menggunakan pendekatan religius pula dalam melakukan trauma healing bagi para korban gempa Cianjur. Hal itu supaya pesan yang disampaikan lebih efektif.

Apakah musibah gempa yang terjadi akibat dosa yang dilakukan oleh warga masyarakat Cianjur? Saya tidak bicara itu dan tidak menyampaikan hal itu. Kalau saya bicara itu mungkin malah kontraproduktif, melukai perasaan mereka.

Saya memulai dengan bicara tentang kasih sayang Tuhan dan kebaikan Tuhan. Apa yang Tuhan berikan kepada kita sudah sangat banyak, tak terhitung jumlahnya.

Dokumentasi pribadi
Dokumentasi pribadi

Namun kasih sayang Tuhan dan kebaikan Tuhan yang sangat banyak, yang tak terhitung jumlahnya itu kadang tertutup atau menjadi tak terlihat ketika kita mendapatkan atau mengalami hal yang tak mengenakkan. Seperti tertutup oleh musibah gempa yang terjadi di wilayah Cianjur.

Padahal jika dibandingkan dengan kasih sayang Tuhan dan kebaikan Tuhan yang tak terhingga itu, musibah yang terjadi tak seberapa. Dalam hal ini saya bermaksud agar para korban gempa senantiasa berpikir positif (positive thinking).

Selain itu saya sampaikan bahwa musibah gempa yang terjadi jangan dipandang sebagai keburukan murni. Sebab di balik musibah pasti ada hikmah alias kebaikan yang tersembunyi. Hanya saja kita tidak atau belum tahu hikmah itu.

Dokumentasi pribadi
Dokumentasi pribadi

Agar para korban gempa memahami apa yang dimaksud dengan hikmah, saya kemudian membuat analogi kecil. Analogi yang sangat sederhana.

Analogi yang dimaksud adalah sebagai berikut. Ada seseorang yang ingin bepergian ke suatu kota. Sebutlah kota A. Dia akan menggunakan jasa kendaraan umum (bus) untuk pergi ke kota A tersebut.

Dia berdiri di pinggir jalan untuk menyetop bus. Tak lama kemudian datang sebuah bus dengan tujuan kota A.

Si orang tersebut kemudian menyetop bus. Namun bus yang distop tidak berhenti. Padahal kursi bus terlihat masih ada yang kosong.

Si orang tersebut merasa kesal dan marah. Maklum lagi terburu-buru. Dia ngomel gak karuan. Bahkan menyumpahi sopir dan kernet bus.

Selang setengah jam kemudian datang bus lain dengan tujuan kota yang sama. Si orang tersebut kembali menyetop bus. Kali ini bus berhenti. Naiklah si orang tersebut ke dalam bus.

Setelah setengah jam bus melaju, di depan terlihat banyak orang-orang berkerumun. Bahkan ada beberapa orang polisi di sana. Ternyata ada kecelakaan lalu lintas. Sebuah bus menabrak pohon karena si sopir bus mengantuk.

Betapa kagetnya si orang tersebut. Sebab ternyata bus yang menabrak pohon itu adalah bus yang dia stop tadi tapi tidak berhenti.

Rasa kesal dan marah yang masih ada dalam hati orang tersebut mendadak hilang, berganti dengan rasa syukur. Dia membayangkan seandainya bus yang menabrak pohon itu, yang dia stop berhenti, pasti dirinya ikut mengalami kecelakaan.

Nah seperti itulah yang namanya hikmah. Di permukaan terlihat seperti buruk, tapi di balik itu justru ada kebaikan yang tersembunyi, yang tidak diketahui sebelumnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun