Mohon tunggu...
Wiwin Zein
Wiwin Zein Mohon Tunggu... Freelancer - Wisdom Lover

Tinggal di Cianjur

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Menjadi Bagian Tim Trauma Healing bagi Korban Gempa Cianjur

26 Desember 2022   07:40 Diperbarui: 26 Desember 2022   16:44 682
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Agar para korban gempa memahami apa yang dimaksud dengan hikmah, saya kemudian membuat analogi kecil. Analogi yang sangat sederhana.

Analogi yang dimaksud adalah sebagai berikut. Ada seseorang yang ingin bepergian ke suatu kota. Sebutlah kota A. Dia akan menggunakan jasa kendaraan umum (bus) untuk pergi ke kota A tersebut.

Dia berdiri di pinggir jalan untuk menyetop bus. Tak lama kemudian datang sebuah bus dengan tujuan kota A.

Si orang tersebut kemudian menyetop bus. Namun bus yang distop tidak berhenti. Padahal kursi bus terlihat masih ada yang kosong.

Si orang tersebut merasa kesal dan marah. Maklum lagi terburu-buru. Dia ngomel gak karuan. Bahkan menyumpahi sopir dan kernet bus.

Selang setengah jam kemudian datang bus lain dengan tujuan kota yang sama. Si orang tersebut kembali menyetop bus. Kali ini bus berhenti. Naiklah si orang tersebut ke dalam bus.

Setelah setengah jam bus melaju, di depan terlihat banyak orang-orang berkerumun. Bahkan ada beberapa orang polisi di sana. Ternyata ada kecelakaan lalu lintas. Sebuah bus menabrak pohon karena si sopir bus mengantuk.

Betapa kagetnya si orang tersebut. Sebab ternyata bus yang menabrak pohon itu adalah bus yang dia stop tadi tapi tidak berhenti.

Rasa kesal dan marah yang masih ada dalam hati orang tersebut mendadak hilang, berganti dengan rasa syukur. Dia membayangkan seandainya bus yang menabrak pohon itu, yang dia stop berhenti, pasti dirinya ikut mengalami kecelakaan.

Nah seperti itulah yang namanya hikmah. Di permukaan terlihat seperti buruk, tapi di balik itu justru ada kebaikan yang tersembunyi, yang tidak diketahui sebelumnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun