Ketika terjadi gempa bumi di wilayah kabupaten Cianjur Senin siang (21/11), saya hanya merasakan getaran cukup kuat sekira 5-6 detik saja. Saat itu saya sedang duduk di dalam ruangan.
Saya merasakan getaran akibat gempa bumi bukan pertama kali. Sebelumnya saya juga pernah merasakannya. Jadi ketika ada getaran gempa bumi seperti Senin siang itu saya berpikiran tidak akan terjadi apa pun. Tak akan ada rumah atau bangunan lain roboh, apalagi korban jiwa.
Oleh karena itu ketika kerabat atau sahabat yang tinggal di kota lain menanyakan keadaan dan kondisi akibat gempa, saya jawab baik-baik saja. Tak ada kerusakan apa pun. Sebab memang di sekitar tempat tinggal tak ada dampak apa pun karena adanya gempa.
Padahal kerabat atau sahabat yang tinggal di kota lain menanyakan keadaan atau kondisi, mungkin karena mereka sudah tahu bahwa gempa di Cianjur telah menyebabkan banyak bangunan rusak dan roboh. Tapi kita memang belum tahu dan belum ngeuh.
Beberapa saat setelah adanya getaran akibat gempa, listrik mati. Sinyal jaringan seluler pun hilang. Kita tidak bisa saling berkomunikasi melalui handphone atau menyimak berita dari televisi dan media sosial.
Malam hari, sinyal jaringan seluler baru muncul kembali. Disusul kemudian listrik juga menyala lagi.
Kita pun bisa menyalakan televisi dan internet. Ternyata dari berita televisi dan media sosial, gempa Senin siang itu cukup dahsyat. Sebab di beberapa daerah, terutama Kecamatan Cugenang dan sekitarnya banyak bangunan rusak atau roboh. Korban jiwa juga mencapai ratusan orang.
Kita dan orang-orang yang cukup jauh dari daerah yang terdampak gempa baru ngeuh bahwa telah terjadi musibah besar akibat adanya gempa di beberapa wilayah Cianjur yang tak pernah terjadi sebelumnya.
Kebetulan tempat tinggal kita berjarak cukup jauh dari daerah kecamatan Cugenang dan sekitarnya yang terdampak gempa paling parah. Mungkin sekira 20 kilo meter. Jadi kita baru tahu adanya musibah besar beberapa jam kemudian setelah terjadinya gempa dari televisi dan media sosial.
Secara geografis daerah Cugenang berada di sebelah barat kota Cianjur. Kecamatan Cugenang berada di jalur Cianjur-Puncak.
Daerah Kecamatan Cugenang merupakan daerah perbukitan. Banyak bangunan di atas bukit atau tebing. Oleh karena itu cukup logis jika daerah Kecamatan Cugenang paling parah terdampak gempa. Sebab selain di sana merupakan pusat gempa, juga karena kondisi Kecamatan Cugenang yang tidak rata.
Gempa Cianjur tidak hanya mengakibatkan kerugian materi, tapi juga jiwa. Menurut BNPB (Badan Nasional Penanggulangan Bencana), sampai tanggal 23 November 2022, jumlah korban meninggal akibat gempa tercatat 271 orang. Sebesar 37 persen diantaranya adalah anak-anak.
Adapun jumlah bangunan yang rusak mencapai ribuan. Tak kurang dari 2.345 unit. Jumlah itu terdiri dari rumah, gedung perkantoran, tempat ibadah, dan lain-lain.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H