Dalam wawancara di salah satu kanal youtube dua hari yang lalu (18/10), Politisi PDI Perjuangan (PDI-P), yang juga Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo menyatakan bahwa dirinya siap maju sebagai capres (calon presiden). "Untuk bangsa dan negara ini, apa sih yang gak siap?", begitu jawaban Ganjar atas pertanyaan presenter bernama Fristian Griec.
Namun Ganjar menyadari bahwa dirinya adalah anggota partai (PDI-P). Ganjar menghormati etika politik di internal PDI-P. Artinya Ganjar menyerahkan keputusan urusan capres kepada partai yang sudah memberi mandat kepada ketua umum Megawati Soekarnoputri. Â
Di internal PDI-P, keputusan siapa yang akan diusung jadi capres memang ada di tangan ketua umum Megawati Soekarnoputri. Sampai saat ini sang ketua umum belum memutuskan siapa capres yang akan diusung dari PDI-P. Â
Suatu waktu Ketua DPP PDI-P Bidang Politik yang juga Ketua DPR RI, Puan Maharani menyebut bahwa PDI-P akan mengumumkan capres menjelang pendaftaran yang ditetapkan oleh KPU (Komisi Pemilihan Umum), yakni bulan Oktober 2023.
Sementara itu sekjen PDI-P Hasto Kristianto pernah menyampaikan bahwa ada kemungkinan PDI-P akan mengumumkan capres bulan Juni 2023.
Intinya, PDI-P tidak akan mengumumkan capres yang akan mereka usung dalam waktu dekat. Hal itu berbeda dengan Partai Gerindra dan Partai Nasdem yang sudah mendeklarasikan capres mereka beberapa waktu yang lalu.
Kembali kepada masalah kesiapan Ganjar Pranowo untuk maju menjadi capres. Hal itu mungkin sebagai sebuah respon atas hasil beberapa lembaga survei yang menempatkan dirinya di posisi "3 besar" capres dengan elektabilitas tertinggi. Â
Dua nama lain selain Ganjar yang juga selalu masuk di posisi "3 besar" capres dengan elektabilitas tertinggi adalah Anies Baswedan dan Prabowo Subianto.
Secara tidak langsung Ganjar Pranowo mungkin bermaksud mengirim pesan kepada partainya untuk segera menentukan capres dalam waktu dekat. Sebab partai lain, yakni  Partai Gerindra dan Partai Nasdem sudah mendeklarasikan capresnya.
Dalam waktu dekat, yakni awal November 2022 satu partai politik lainnya juga akan segera mendeklarasikan capresnya. Partai politik yang dimaksud adalah Partai Golkar (Golongan Karya).
Partai Golkar memang sudah memiliki capres sendiri, yakni ketua umum mereka Airlangga Hartarto. Namun Partai Golkar tidak bisa mengusung capres sendirian. Partai Golkar butuh partai politik lain sebagai mitra koalisi.
Sejauh ini Partai Golkar telah menjalin komunikasi dengan dua partai politik lain, yakni dengan PAN (Partai Amanat Nasional) dan PPP (Partai Persatuan Pembangunan). Bahkan dengan kedua partai itu Partai Golkar telah mendeklarasikan dalam satu koalisi, yakni KIB (Koalisi Indonesia Bersatu).
Masalahnya, baik PAN atau pun PPP sering membicarakan Ganjar Pranowo sebagai capres yang mungkin akan mereka usung. Padahal mitra koalisi mereka, yakni Partai Golkar sudah memiliki capres sendiri, yakni Airlangga Hartarto.
Sebagai mitra koalisi tentu PAN, PPP, dan Partai Golkar harus satu kata dan satu keputusan. PAN dan PPP tidak bisa memaksakan Ganjar Pranowo sebagai capres karena suara mereka tidak akan cukup. Begitu pula Partai Golkar tak bisa memaksakan Airlangga Hartarto sebagai capres.
Jalan tengahnya mungkin dengan menyandingkan Airlangga Hartarto dan Ganjar Pranowo dalam satu paket pasangan capres-cawapres (calon presiden-calon wakil presiden). Bisa Airlangga Hartarto-Ganjar Pranowo atau sebaliknya Ganjar Pranowo- Airlangga Hartarto.
Pertanyaannya, apakah Partai Golkar, PAN, dan PPP akan berani "membajak" kader partai politik lain yang bukan mitra koalisi mereka menjadi capres atau cawapres? Apakah hal itu etis atau tidak?
Dalam hal ini mungkin semua tergantung Ganjar Pranowo. Masalah Partai Golkar, PAN, dan PPP "membajak" kader partai politik lain dan masalah etis atau tidak akan selesai jika Ganjar Pranowo menyatakan diri keluar dari PDI-P.
Dengan demikian Ganjar Pranowo bebas menentukan langkah politiknya tanpa harus tergantung kepada partai politik yang selama ini jadi tempat dirinya bernaung. Namun apakah Ganjar Pranowo akan berani melakukannya?
Tentu hal tersebut bukan hal mudah bagi Ganjar Pranowo. Sebab sebagaimana dikatakan Ganjar Pranowo sendiri, dirinya menjadi kader PDI-P sudah sangat lama. Yakni sejak mahasiswa tahun 1992. Â Â Â
Kalau benar KIB mengusung Ganjar Pranowo sebagai capres atau cawapres, akan menjadi dilematis juga bagi Gubernur Jawa Tengah itu. Kalau tidak diambil, sebuah peluang yang mungkin tidak akan didapatkan dari partai politik lain termasuk partai politik tempat dirinya bernaung selama ini.
Sebab PDI-P sepertinya lebih condong untuk mengusung Ketua DPP PDI-P Bidang Politik yang juga Ketua DPR RI, Puan Maharani sebagai capres daripada Ganjar Pranowo.
Sedangkan jika pinangan KIB diterima, maka Ganjar Pranowo bisa disebut telah melawan dan mendahului keputusan partai. Kecuali itu tadi, Ganjar Pranowo keluar dari PDI-P.
Seandainya Ganjar Pranowo mengambil keputusan menerima dicalonkan sebagai capres atau cawapres oleh partai politik lain selain PDI-P, berarti ada kemungkinan pasangan capres-cawapres di Pilpres 2024 akan terdiri dari empat pasangan.
Pertama Prabowo Subianto dan pasangannya. Kedua Anies Baswedan dan pasangnnya. Ketiga Ganjar Pranowo dan pasangannya. Keempat capres yang dicalonkan PDI-P (Puan Maharani?) dan pasangannya.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI