Partai Golkar memang sudah memiliki capres sendiri, yakni ketua umum mereka Airlangga Hartarto. Namun Partai Golkar tidak bisa mengusung capres sendirian. Partai Golkar butuh partai politik lain sebagai mitra koalisi.
Sejauh ini Partai Golkar telah menjalin komunikasi dengan dua partai politik lain, yakni dengan PAN (Partai Amanat Nasional) dan PPP (Partai Persatuan Pembangunan). Bahkan dengan kedua partai itu Partai Golkar telah mendeklarasikan dalam satu koalisi, yakni KIB (Koalisi Indonesia Bersatu).
Masalahnya, baik PAN atau pun PPP sering membicarakan Ganjar Pranowo sebagai capres yang mungkin akan mereka usung. Padahal mitra koalisi mereka, yakni Partai Golkar sudah memiliki capres sendiri, yakni Airlangga Hartarto.
Sebagai mitra koalisi tentu PAN, PPP, dan Partai Golkar harus satu kata dan satu keputusan. PAN dan PPP tidak bisa memaksakan Ganjar Pranowo sebagai capres karena suara mereka tidak akan cukup. Begitu pula Partai Golkar tak bisa memaksakan Airlangga Hartarto sebagai capres.
Jalan tengahnya mungkin dengan menyandingkan Airlangga Hartarto dan Ganjar Pranowo dalam satu paket pasangan capres-cawapres (calon presiden-calon wakil presiden). Bisa Airlangga Hartarto-Ganjar Pranowo atau sebaliknya Ganjar Pranowo- Airlangga Hartarto.
Pertanyaannya, apakah Partai Golkar, PAN, dan PPP akan berani "membajak" kader partai politik lain yang bukan mitra koalisi mereka menjadi capres atau cawapres? Apakah hal itu etis atau tidak?
Dalam hal ini mungkin semua tergantung Ganjar Pranowo. Masalah Partai Golkar, PAN, dan PPP "membajak" kader partai politik lain dan masalah etis atau tidak akan selesai jika Ganjar Pranowo menyatakan diri keluar dari PDI-P.
Dengan demikian Ganjar Pranowo bebas menentukan langkah politiknya tanpa harus tergantung kepada partai politik yang selama ini jadi tempat dirinya bernaung. Namun apakah Ganjar Pranowo akan berani melakukannya?
Tentu hal tersebut bukan hal mudah bagi Ganjar Pranowo. Sebab sebagaimana dikatakan Ganjar Pranowo sendiri, dirinya menjadi kader PDI-P sudah sangat lama. Yakni sejak mahasiswa tahun 1992. Â Â Â
Kalau benar KIB mengusung Ganjar Pranowo sebagai capres atau cawapres, akan menjadi dilematis juga bagi Gubernur Jawa Tengah itu. Kalau tidak diambil, sebuah peluang yang mungkin tidak akan didapatkan dari partai politik lain termasuk partai politik tempat dirinya bernaung selama ini.
Sebab PDI-P sepertinya lebih condong untuk mengusung Ketua DPP PDI-P Bidang Politik yang juga Ketua DPR RI, Puan Maharani sebagai capres daripada Ganjar Pranowo.