Musim kompetisi Premier League 2022-2023 mungkin bukan musim yang baik dan  menyenangkan bagi Leicester City. Sebab di musim itu Leicester City mengawali kompetisi dengan buruk.
Bayangkan saja dari tujuh pertandingan yang sudah dijalani, Leicester City  baru mengemas satu poin. Leicester City  hanya mampu bermain imbang di laga awal kala menghadapi Brentford (07/08). Saat itu Leicester City  bermain 2-2 dengan Brentford.
Sementara itu di pertandingan ke-2 dan seterusnya sampai pertandingan ke-8 (pertandingan ke-7 ditunda karena peristiwa meninggalnya Ratu Elizabeth II), semua berakhir dengan kekalahan untuk Leicester City .
Di pertandingan ke-2 Leicester City  kalah 2-4 dari Arsenal. Kemudian secara berturut-turut Leicester City  kalah 1-2 dari Southampton, kalah dari 1-2 dari Chelsea, kalah 0-1 dari Manchester United, kalah 2-5 dari Brighton and Hove Albion, dan kalah 2-6 dari Tottenham Hotspur.
Sampai pertandingan ke-8 Leicester City  tercatat merupakan satu-satunya tim yang belum sekali pun meraih kemenangan. Leicester City  pun kini berada di dasar klasemen sementara Premier League. Leicester City  menempati urutan ke-20 dari 20 tim.
Bicara degradasi mungkin masih terlalu dini. Sebab masih ada lebih dari 30 pertandingan lagi. Semua kemungkinan masih bisa terjadi.
Namun jika Leicester City  tidak bisa memperbaiki performanya, bukan tidak mungkin juara Premier League 2015-2016 itu di akhir kompetisi akan terdegradasi ke Divisi Championship. Ya, tidak mustahil.
Pertanyaannya, mengapa performa Leicester City  buruk di tujuh pertandingan yang sudah dijalani? Padahal jika bicara materi pemain, Leicester City  memiliki pemain yang tak jauh berbeda dengan musim sebelumnya.
Kualitas pemain yang dimiliki Leicester City  pun terbilang mumpuni. Di lini depan Leicester City  memiliki penyerang Jamie Vardy, Kelechi Iheanacho, Patson Dakka, dan Ayoze Perez.
Kemudian Leicester City  memiliki banyak gelandang yang cukup hebat. Sebut saja Youri Tielemans, James Maddison, Harvey Barnes, Nampalys Mendy, atau Boubakary Soumare.  Â
Sedangkan di lini belakang Leicester City  punya bek-bek yang juga cukup lumayan. Ada Luke Thomas, Daniel Amartey, James Justin, atau Timothy Castagne.
Selain itu pelatih Leicester City  juga masih sama dengan pelatih mereka musim lalu, yakni Brendan Rodgers. Musim lalu Brendan Rodgers mampu membawa Leicester City  finish di urutan ke-8. Capaian yang tidak terlalu buruk.
Lantas apa yang terjadi dengan Leicester City? Melihat performa Leicester City  dalam tujuh pertandingan, paling tidak ada dua hal yang bisa menjadi catatan.
Pertama, Leicester City  jadi tim yang paling banyak kebobolan. Sampai saat ini Leicester City  telah kebobolan sebanyak 22 gol.
Artinya apa? Dalam hal ini bisa disimpulkan ada kelemahan di lini belakang Leicester City . Kualitas bek-bek Leicester City  mungkin cukup lumayan, tapi koordinasi diantara mereka belum cukup baik.
Kedua, mandulnya Jamie Vardy. Jamie Vardy adalah penyerang tajam. Bahkan di tahun 2020 lalu Jamie Vardy menjadi top skor Premier League dengan torehan 23 gol. Jamie Vardy mengungguli para penyerang tajam Premier Leagu lainnya, seperti Harry Kane, Mohamed Salah, Son Heung Min, Sadio Mane, dan yang lainnya.
Namun musim ini Jamie Vardy belum memberikan kontribusi satu gol pun. Jamie Vardy seperti kesulitan dalam mencetak gol ke gawang lawan.
Seandainya Jamie Vardy tidak mandul, mungkin ceritanya akan lain. Leicester City  mungkin tidak akan terpuruk seperti saat ini.
Berarti Leicester City  harus bisa mengatasi dua hal tadi. Kelemahan lini belakang harus segera diperbaiki dan Jamie Vardy harus diasah supaya bisa tajam kembali.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H