Mohon tunggu...
Wiwin Zein
Wiwin Zein Mohon Tunggu... Freelancer - Wisdom Lover

Tinggal di Cianjur

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Pelajaran Hidup yang Bisa Diambil dari Kasus Ferdy Sambo

15 Agustus 2022   09:11 Diperbarui: 15 Agustus 2022   09:18 15635
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam kehidupan ini segala hal, apa pun bisa dijadikan pelajaran, sehingga kemudian orang jadi lebih bijak dalam menghadapi kehidupan. Tidak hanya dalam hal-hal baik, tapi juga dalam hal-hal buruk.

Seperti dari kasus Ferdy Sambo, tersangka dan aktor utama dalam kasus kematian Brigadir Nofriansyah Yoshua Hutabarat alias Brigadir J. Apa yang telah terjadi jelas merupakan sesuatu yang buruk, tapi ada banyak pelajaran yang bisa diambil darinya.

Pelajaran yang bisa diambil dari kasus Ferdy Sambo dan Brigadir J antara lain pertama, bahwa roda hidup itu berputar. Posisi orang tidak selalu di bawah dan tidak selalu di atas.

Suatu waktu orang yang berada di bawah akan naik ke atas. Sebaliknya orang yang di atas akan turun ke bawah.

Sebelum terjadinya kasus kematian Brigadir J, siapa pun tentu tidak akan menyangka Irjen Ferdy Sambo, seorang Jenderal Polisi Bintang Dua dan sedang berada di puncak karier akan terpuruk seperti saat ini. Hal itu terjadi dalam hitungan waktu yang singkat.

Awal Juli 2022 Ferdy Sambo masih menempati jabatan sebagai Kadiv Propam (Kepala Divisi dan Pengamanan) Polri. Sebuah jabatan yang penting dan strategis. Namun satu bulan kemudian, jabatan Ferdy Sambo hilang seketika.

Kini Ferdy Sambo tidak lagi di atas. Posisi Ferdy Sambo meluncur ke bawah. Lebih dari itu Ferdy Sambo kini menjadi pesakitan, tersangka utama dan aktor utama kasus kematian Brigadir J.

Kedua, dalam kehidupan ini tidak ada yang kekal. Apa pun yang ada di dunia ini bersifat sementara. Baik jabatan, pangkat, kekayaan, ketenaran, dan lain-lain bisa hilang seketika.

Terkadang orang merasa apa yang ada dalam dirinya dan apa yang dimilikinya akan kekal, tak akan hilang. Padahal segala yang ada di dunia ini bersifat sementara.

Dalam kasus Ferdy Sambo kita bisa membuktikan hal itu. Jabatan dan pangkat yang tinggi, kekayaan, dan ketenaran yang dimiliki Ferdy Sambo hilang dalam hitungan waktu yang tidak lama.

Ketiga, kesombongan akan menghancurkan diri sendiri. Terkadang orang merasa tinggi hati dan menyombongkan diri karena memiliki jabatan tinggi, kekayaan, atau ketenaran. Sehingga tak sedikit orang yang kemudian bertindak sewenang-wenang dan di luar batas.

Seperti yang dilakukan oleh Ferdy Sambo. Ferdy Sambo melakukan tindak kejahatan dengan menghilangkan nyawa orang lain tanpa hak adalah karena didasari oleh kesombongan dia perasaan berkuasa. Dia merasa bisa melakukan apa pun yang dikehendakinya.

Jenazah mendiang Brigadir J di rumah duka (Sumber: tribunnews.com)
Jenazah mendiang Brigadir J di rumah duka (Sumber: tribunnews.com)

Sebagai orang yang merasa berkuasa, Ferdy Sambo yakin orang lain tak akan ada yang berani menghalangi dan mengusiknya. Dia merasa yakin semua pasti bisa diaturnya. Padahal faktanya tidak demikian.

Keempat, tak ada kejahatan yang sempurna (no perfect crime). Setiap perbuatan jahat pasti akan meninggalkan jejak, walau pun si pelaku sudah merasa bahwa perbuatan jahatnya itu tak akan ada yang bisa menemukan atau mengungkapnya.

Apa yang dilakukan oleh Ferdy Sambo juga demikian. Ferdy Sambo mungkin merasa kejahatan yang dilakukan oleh dirinya aman, tak akan terbongkar. Dia pun berupaya menyempurnakan kejahatannya dengan membuat skenario sedemikian rupa.

Namun apa boleh buat. Namun kejahatan tetaplah kejahatan. Suatu kejahatan pada akhirnya, cepat atau lambat akan terbongkar juga.

Seperti kata pepatah, "Sepandai-pandainya orang menyembunyikan bangkai pasti akan tercium juga". Begitu pula kejahatan yang dilakukan oleh Ferdy Sambo.

Kelima, kebaikan pada akhirnya akan menang. Seperti diketahui bahwa dunia ini dikuasai oleh dua kekuatan besar, yakni kebaikan (good) dan kejahatan (evil).

Dua kekuatan itu selalu melakukan pertarungan, saling mengalahkan satu sama lain. Mungkin pada mulanya kejahatan terlihat lebih menguasai, tapi biasanya, ujung-ujungnya kebaikanlah yang akan jadi pemenangnya.

Dalam kasus Ferdy Sambo, kejahatan yang dilakukan hanya bertahan beberapa saatb saja. Setelah itu kemudian kebaikan, yakni berupa kebenaran nampak ke permukaan.  

Itulah beberapa hal yang bisa dijadikan pelajaran dari kasus Ferdy Sambo. Selain itu tentu masih ada lagi pelajaran lain yang bisa diambil. Hal itu bisa dikembangkan dan di-eksplore oleh siapa pun.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun