Sebagaimana diketahui PSG adalah "kolektor" pemain bintang, pemain dengan kualitas nomor wahid. Pemain yang diminati PSG pasti lah pemain bagus. Tidak mungkin PSG meminati pemain yang kualitasnya biasa saja.
Dengan demikian, ada apa dengan Manchester United? Apakah faktor pelatih? Mungkin saja. Tapi ini bicara tentang sebuah tim. Kalau pun pelatih bersalah, bukan semata-mata kesalahan tunggal pelatih.
Erik ten Hag, pelatih Manchester United saat ini adalah pelatih bagus. Buktinya Erik ten Hag mampu membawa Ajax Amsterdam masuk semi final Liga Champions UEFA. Di kompetisi lokal Ajax juga bisa mempertahankan dominasinya di Eredivisie.
Namun Erik ten Hag terlalu dibesar-besarkan. Padahal Erik ten Hag belum teruji di kompetisi yang lebih besar dari Eredivisie dan menangani tim yang lebih besar dari Ajax.
Di awal kedatangan Erik ten Hag ke Old Trafford, Manchester United disebut-sebut akan "tsunami trofi". Hal itu menurut saya terlalu berlebihan.
Sama seperti ketika Manchester United mendatangkan pelatih sebelum Erik ten Hag, yakni Ralf Rangnick. Manchester United akan melejit. Faktanya tidak. Mengapa? Ralf Rangnick juga pelatih hebat, tapi belum teruji menangani tim besar.
Erik ten Hag mungkin perlu waktu untuk meramu tim. Erik ten Hag perlu beradaptasi lebih lama. Namun jika kelamaan, para fans Manchester United yang dikenal sangat fanatik akan habis kesabaran.
Minggu depan Manchester United akan bertemu dengan tim papan atas Premier League, Liverpool (23/08). Manchester United akan menjamu “Si Merah” di Old Trafford. Laga itu tentu bukan hal yang mudah bagi “Si Setan Merah”.
Di laga pramusim Manchester United memang sempat menghajar Liverpool 4-0 (27/07). Tapi itu bukan jaminan pasukan Erik ten Hag akan bisa melakukan hal yang sama. Lagi pula saat itu Liverpool “tidak serius”, sebab tidak menurunkan skuad inti.
Laga melawan Liverpool nanti mungkin akan jadi ajang pembuktian kualitas Erik ten Hag sebenarnya. Seandainya Manchester United kembali menuai kekalahan, bisa jadi kursi pelatih Erik ten Hag akan terancam.