Mohon tunggu...
Wiwin Zein
Wiwin Zein Mohon Tunggu... Freelancer - Wisdom Lover

Tinggal di Cianjur

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Wabah Cacar Monyet (Monkeypox), Tak akan Jadi Pandemi?

24 Juli 2022   22:18 Diperbarui: 26 Juli 2022   03:15 818
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar oleh Gerd Altmann dari Pixabay 

Cacar monyet (monkeypox) merupakan suatu penyakit yang dipicu oleh virus monkeypox. Cacar monyet termasuk penyakit zoonosis, yakni penyakit yang ditularkan dari hewan ke manusia.

Cacar monyet bukanlah penyakit baru. Penyakit ini konon sudah teridentifikasi pada tahun 1958 di Kopenhagen, Denmark. Namun kasus cacar monyet pada manusia baru ditemukan pada tahun 1970 di Republik Demokratik Kongo, Afrika.

Pada tahun 1996-1997, kasus penyakit cacar monyet kembali muncul. Tempat kasus munculnya kembali penyakit ini sama, Republik Demokratik Kongo, Afrika.

Tahun 2003 kasus cacar monyet kembali muncul. Kali ini di luar Afrika, yakni ditemukan di Amerika Serikat.

Munculnya kasus cacar monyet di Amerika Serikat diduga berasal dari anjing peliharaan. Anjing ini terinfeksi oleh tikus yang didatangkan dari Afrika.

Pada tahun 2019, tepatnya tanggal 8 Mei kasus cacar monyet kembali muncul. Kali ini ditemukan di Singapura.

Temuan itu bermula dari seorang laki-laki yang dirawat di National Centre for Infectious Diseases, Singapura. Laki-laki itu baru pulang dari Nigeria dan terkonfirmasi terkena penyakit cacar monyet.    

Kini di tahun 2022 penyakit cacar monyet kembali muncul. Penyakit ini terdeteksi muncul kembali di Inggris pada Mei 2022. Selanjutnya menyebar ke negara Eropa lainnya, ke Amerika Utara, dan ke Australia.  

Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO (World Health Organization) mendeteksi bahwa cacar monyet telah menyebar di lebih dari 70 negara di dunia.

Oleh karena itu WHO melalui Direktur Jenderal nya, Tedros Adanom Ghebreyesus pada Sabtu, 23 Juli 2022 kemudian menetapkan penyakit cacar monyet sebagai darurat kesehatan global alias Public Health Emergency of International Concern (PHEIC).

Publikasi WHO tersebut bagi sebagian orang bisa jadi menimbulkan kekhawatiran dan ketakutan. Mereka khawatir dan takut bahwa cacar monyet akan menjadi pandemi baru. Padahal dampak pandemi covid-19 selama kurang lebih dua tahun masih terasa sampai saat ini.

Namun dalam hal ini barangkali kita tidak perlu khawatir dan takut berlebihan. Sebab cacar monyet berbeda dengan covid-19. Baik dari segi kecepatan penularannya maupun dari akibat infeksinya.

Menurut para epidemiolog, penularan penyakit cacar monyet lebih lambat dari penularan covid-19. Selain itu virus cacar monyet tidak mudah menular dari satu orang ke orang lain. Hal ini berbeda dengan virus corona yang sangat menular.

Kendati demikian, siapa pun tetap harus waspada. Jangan sampai terkena atau terinfeksi penyakit cacar monyet ini. Apalagi di Indonesia sendiri belum terkonfirmasi ada kasus penyakit cacar monyet.

Salah satu bentuk kewaspadaan adalah dengan mengenal bagaimana gejala dari penyakit cacar monyet. Hal itu untuk memudahkan penanganan jika ada gejala-gejala seperti gejala penyakit cacar monyet.

Menurut WHO, beberapa gejala umum dari penyakit cacar monyet adalah sakit kepala, demam, sakit tenggorokan, kedinginan, rasa lelah, nyeri otot, dan pembengkakan kelenjar getah bening (limfadenopati).

Setelah itu pada fase berikutnya muncul ruam pada kulit. Biasanya dimulai dari wajah kemudian menyebar ke seluruh tubuh lainnya secara bertahap. 

Ruam pada kulit awalnya berupa bintik merah, kemudian lepuh berisi cairan bening, lepuh berisi nanah, selanjutnya mengeras atau keropeng lalu rontok.

Penyakit cacar monyet bisa dicegah dengan vaksinasi. Kendati tidak/belum ada vaksin khusus untuk cacar monyet, tapi vaksin untuk cacar biasa (smallpox) bisa digunakan.

Beberapa upaya lain untuk mencegah penularan penyakit cacar monyet adalah dengan menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat. 

Selain itu juga menghindari kontak langsung dengan orang yang terinfeksi, termasuk material yang terkontaminasi (tempat tidur, pakaian, handuk, dan lain-lain).

Penting juga untuk menghindari kontak dengan tikus, primata, dan hewan liar. Termasuk mengkonsumsi daging yang diburu dari hewan liar (bush meat).  

Itulah beberapa upaya untuk pencegahan penularan penyakit cacar monyet. Hal ini penting untung diperhatikan. Sebab sebagaimana kata pepatah. "lebih baik mencegah daripada mengobati."

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun