Mohon tunggu...
Wiwin Zein
Wiwin Zein Mohon Tunggu... Freelancer - Wisdom Lover

Tinggal di Cianjur

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Wukuf di Padang Arafah

7 Juli 2022   08:32 Diperbarui: 7 Juli 2022   17:59 5306
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Wukuf di Padang Arafah menjadi puncak pelaksanaan ibadah haji tahun ini yang akan dilaksanakan pada hari Jumat, 8 Juli 2022 (Sumber: tribunnews.com)

Puncak pelaksanaan ibadah haji tahun ini akan dimulai pada hari Jumat, 8 Juli 2022. Yaitu dengan melaksanakan wukuf di Padang Arafah. Semua jamaah haji dari seluruh dunia harus hadir dan berada di sana. Sebab wukuf di Padang Arafah adalah rukun dan inti dari pelaksanaan ibadah haji.

Mereka yang tidak hadir di Padang Arafah pada tanggal 9 Dzulhijjah, maka dianggap tidak melaksanakan ibadah haji. Mereka harus mengulanginya tahun depan. Sebab "Al-Hajj Arafah (Haji itu adalah Arafah) ", demikian sabda Nabi SAW.  

Secara bahasa wukuf bearasal dari kata waqafa-yaqifu-wukufan, yang artinya berhenti atau diam. Sedangkan secara istilah, wukuf berarti hadir dan berada di Padang Arafah dari mulai tergelincirnya matahari ke arah barat (waktu zhuhur) sampai terbenamnya matahari (waktu maghrib) atau sampai sebelum terbit fajar pada tanggal 10 Dzulhijjah.

Deretan tenda untuk wukuf jamaah haji di Padang Arafah (Sumber: kompas.tv)
Deretan tenda untuk wukuf jamaah haji di Padang Arafah (Sumber: kompas.tv)

Padang Arafah memiliki wilayah yang sangat luas. Luasnya diperkirakan mencapai 12 juta meter persegi atau sama dengan 12 kilometer persegi. Dengan demikian Padang Arafah mampu menampung jutaan jamaah haji.   

Menurut historisnya, Padang Arafah adalah tempat pertemuan antara manusia pertama sekaligus nabi pertama, yakni Adam 'Alaihi Salam dengan isterinya Hawa yang terpisah lama. Padang Arafah juga merupakan tempat pertemuan Ibrahim 'Alaihi Salam dengan isterinya Hajar.  Wukuf di Arafah, dengan demikian merupakan napak tilas kedua nabi itu.  

Padang Arafah secara harfiah berarti "Padang Pengenalan". Sebab kata "arafah" berasal dari kata "arafa-ya'rifu-arafah" yang mengandung arti mengenal, mengetahui, atau menyadari.

Semua jamaah haji yang melakukan wukuf di Padang Arafah dengan demikian harus bisa mengenal, mengetahui, atau menyadari eksistensi dirinya dan juga mengenal, mengetahui, atau menyadari eksistensi orang lain. Hal itu dikarenakan di Padang Arafah berkumpul jutaan manusia dari segala penjuru dunia.

Tak ada status sosial atau simbol-simbol primordial di sana. Semua manusia yang berkumpul di Padang Arafah statusnya sama. Tak ada pejabat atau rakyat. Tak ada kaya atau miskin. Tak ada kulit putih, coklat, atau hitam. Semua sama.

Siapa orang kaya siapa orang miskin, siapa pejabat siapa rakyat, siapa orang terkenal siapa orang yang tidak terkenal, dan lain-lain, tidak akan kelihatan. Semua kelihatan sama, tak ada pembeda.

Semua orang yang melaksanakan wukuf di Padang Arafah memakai pakaian yang sama dan berada dalam kondisi yang sama. Mereka hanya memakai dua helai kain putih tak berjahit (kecuali bagi perempuan memakai pakaian panjang biasa) dan mereka berada di kawasan terbuka dengan panas terik matahari yang sangat menyengat.

Wukuf di Padang Arafah seolah-olah menyadarkan manusia bahwa apa yang mereka miliki selama ini ternyata semu. Apa yang mereka miliki tak bisa dibawa atau dibangga-banggakan ketika berada di Padang Arafah. Pangkat, jabatan, kekayaan, atau popularitas, tak berlaku sama sekali.

Ritual wukuf di Padang Arafah dimulai setelah datangnya waktu Zhuhur pada tanggal 9 Dzulhijjah. Semua jamaah haji memulai wukuf dengan melakukan shalat Zhuhur dijamak dengan shalat Ashar secara berjamaah.

Setelah itu dilanjutkan dengan khutbah wukuf. Khutbah wukuf bisa dilakukan di tenda masing-masing. Salah seorang dari jamaah haji yang mampu, atau mungkin ketua rombongan bisa menjadi khatib dalam khutbah wukuf itu.

Seusai khutbah wukuf, semua jamaah haji bisa melakukan amalan masing-masing. Mereka bisa bertadarrus al-Qur'an, berdo'a, beristighfar, berzdikir, bertafakkur, bershalawat kepada Nabi SAW., dan lain-lain.

Jangan sampai jamaah haji ketika melaksanakan wukuf di Arafah hanya tiduran, rebahan, atau ngobrol tidak karuan. Apalagi melakukan hal-hal yang tidak ada manfaatnya. Sayang sekali.

Semua jamaah haji harus benar-benar memanfaatkan momen yang sangat berharga dan istimewa itu. Sebab belum tentu tahun depan atau waktu yang akan datang, jamaah haji bisa kembali melaksanakan ibadah haji dan wukuf di Arafah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun