Prof. DR. Ahmad Syafii Maarif alias Buya Syafii Maarif telah berpulang ke rahmatullah pada hari Jum'at, 27 Mei 2022 pukul 10.15 WIB di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Gamping, Sleman, Yogyakarta. Namun ungkapan rasa duka dan kehilangan sampai saat ini masih banyak disampaikan oleh berbagai pihak.
Buya Syafii Maarif adalah panutan bagi banyak orang. Terutama dalam hal keteguhan memegang prinsip moral dan kesederhanaan.
Buya Syafii Maarif bukanlah tipe orang yang haus dan rakus dengan kekayaan (baca : materi). Buya Syafii Maarif adalah orang yang memilih jalan hidup sederhana.
Padahal kalau mau, beliau bisa hidup mewah dan bergelimang harta. Dengan nama besar yang dimiliki, Buya Syafii Maarif bisa "mengeruk" harta kekayaan dari banyak sumber. Namun Buya Syafii Maarif tidak memilih jalan itu.
Buya Syafii Maarif dikenal sebagai seorang intelektual, seorang cendekiawan muslim Indonesia terkemuka. Beliau juga layak disebut sebagai tokoh nasional dan "Bapak Bangsa".
Di tahun 90-an Presiden Republik Indonesia ke-4, KH. Abdurrahman Wahid alias Gus Dur pernah memberi gelar atau sebutan kepada Buya Syafii Maarif bersama kepada Prof. DR. Nurcholish Madjid alias Cak Nur (alm) dan kepada Prof. DR. Amien Rais sebagai "Tiga Pendekar dari Chicago".
Gus Dur memberi sebutan itu kepada Buya Syafii Maarif, bersama Cak Nur dan Amien Rais bukannya tanpa alasan. Gus Dur memberi sebutan "Tiga Pendekar dari Chicago" kepada Buya Syafii Maarif, bersama Cak Nur dan Amien Rais karena ketiganya merupakan alumni perguruan tinggi terkemuka di Amerika, yakni Chicago University.
Selain itu pemikiran-pemikiran ketiganya cukup berpengaruh di kalangan kampus dan akademisi. Terutama di era tahun 80-90 an. Â
Antara Buya Syafii Maarif, Cak Nur, dan Amien Rais memang memiliki banyak kesamaan. Namun diantara ketiganya juga memiliki beberapa "perbedaan".
Buya Syafii Maarif dan Cak Nur memiliki banyak kesamaan dalam hal keteguhan memegang prinsip moral dan kesederhanaan. Sebagaimana Buya Syafii Maarif, Cak Nur juga dikenal sebagai pribadi yang memiliki integritas tinggi dan sederhana.
Buya Syafii Maarif dan Cak Nur bisa dikatakan sebagai dua orang moralis. Tidak hanya penganjur moral tapi juga "praktisi" moral.
Tapi ada sedikit perbedaan antara perbedaan Buya Syafii Maarif dengan Cak Nur. Salah satunya adalah, Buya Syafii Maarif memiliki "kendaraan" berupa ormas (organisasi kemasyarakatan) Islam, yakni Muhammadiyah. Sedangkan Cak Nur tidak.
Cak Nur lebih memilih untuk tidak berafiliasi kepada salah satu ormas Islam. Cak Nur lebih memilih "netral". Walau pun dari segi latar belakang dan kultur, Cak Nur dibesarkan di kalangan NU (Nahdhatul Ulama).
Kemudian antara Buya Syafii Maarif dengan Amien Rais. Persamaan yang pasti antara keduanya adalah sama-sama pernah memimpin organisasi Islam terbesar kedua di Indonesia, yakni Muhammadiyah.
Amien Rais adalah "senior" Buya Syafii Maarif di Muhammadiyah. Sebab Amien Rais terlebih dahulu menjadi ketua umum Muhammadiyah dibandingkan Buya Syafii Maarif.
Amien Rais menjadi ketua umum Muhammadiyah pada periode 1995-1998. Sedangkan Buya Syafii Maarif menjadi ketua umum Muhammadiyah setelah Amien Rais, yakni pada periode 1998-2005.
Seharusnya Amien Rais menjadi ketua umum Muhammadiyah dari tahun  1995 sampai tahun 2000. Namun karena Amien Rais berpolitik praktis, yakni menjadi ketua umum PAN (Partai Amanat Nasional), demi menjaga netralitas dan menghindari conflict of interest, Amien Rais kemudian mundur dari ketua umum Muhammadiyah pada tahun 1998.
Sebagai caretaker ketua umum Muhammadiyah yang "ditinggalkan" Amien Rais, ditunjuklah Buya Syafii Maarif. Buya Syafii Maarif menjabat sebagai caretaker ketua umum Muhammadiyah hingga tahun 2000.
Setelah itu diadakan pemilihan kembali ketua umum Muhammadiyah. Buya Syafii Maarif kemudian terpilih sebagai ketua umum Muhammadiyah definitif untuk periode 2000-2005.
Namun ada perbedaan yang cukup tajam antara Buya Syafii Maarif dengan Amien Rais. Buya Syafii Maarif tidak pernah terjun ke dunia politik praktis. Sedangkan Amien Rais memilih politik praktis sebagai jalur perjuangannya.
Hal itu bisa dipahami karena Amien Rais seorang doktor dan guru besar di bidang ilmu politik. Jadi sangat wajar dan masuk akal jika Amien Rais lebih "melek" politik dibanding dengan Buya Syafii Maarif.
Perbedaan lain yang cukup tajam antara Buya Syafii Maarif dengan Amien Rais adalah dalam hal dukungan politik. Buya Syafii Maarif lebih memilih jadi pendukung pemrintahan Presiden Jokowi. Sementara itu Amien Rais sebaliknya. Amien Rais memposisikan diri sebagai "oposisi".
Kendati Buya Syafii Maarif memiliki beberapa perbedaan, baik dengan Cak Nur mau pun dengan Amien Rais, bukan berarti mereka saling bermusuhan. Perbedaan diantara mereka hanya sebuah pilihan dalam memberikan kontribusi kepada bangsa dan negara ini.
Bahkan secara terang-terangan Buya Syafii Maarif menyatakan bahwa Cak Nur dan Amien Rais adalah inspirator bagi dirinya. Menurut Buya Syafii Maarif , Cak Nur dan Amien Rais banyak memberi inspirasi kepada dirinya.
Terakhir antara Cak Nur dan Amien Rais. Salah satu persamaan yang jelas antara Cak Nur dan Amien Rais adalah ketika peristiwa Reformasi terjadi. Cak Nur dan Amien Rais merupakan tokoh sentral Reformasi pada saat itu.
Sebagai orang yang sangat kritis terhadap pemerintahan Orde Baru, Amien Rais banyak melakukan kritik terhadap pemerintahan Soeharto. Amien Rais saat itu menjadi katalisator dengan menggalang kekuatan massa, terutama mahasiswa.
Di tahun 1998 terjadilah peristiwa Reformasi. Tidak heran jika Amien Rais saat itu kemudian dinobatkan sebagai "Bapak Reformasi".
Sementara Cak Nur, pada saat terjadinya Reformasi banyak menggalang kekuatan di "kalangan atas", yakni para tokoh dan pejabat pemerintahan Orde Baru. Bahkan Cak Nur lah yang "membisiki" Soeharto untuk segera meletakkan jabatan sebagai presiden RI.
Kendati sama-sama berjuang waktu terjadinya reformasi, tapi ada perbedaan antara Cak Nur dengan Amien Rais. Cak Nur sebagaimana Buya Syafii Maarif memilih untuk tidak terjun ke dunia politik praktis menjadi kader atau pengurus partai politik. Sementara Amien Rais justru menjadi ketua umum partai politik, yakni PAN.
Dua dari "Tiga Pendekar dari Chicago" itu telah tiada. Cak Nur sudah lebih dahulu berpulang 17 tahun yang lalu (29 Agustus 2005). Kemudian disusul Buya Syafii Maarif pada tanggal 27 Mei 2022 lalu. Kini tinggalah Amien Rais seorang.
Sebagai "Pendekar Chicago" yang terakhir, mudah-mudahan Amien Rais bisa tetap ajeg menjadi Guru Bangsa sebagaimana Buya Syafii Maarif dan Cak Nur. Semoga.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H