Mohon tunggu...
Wiwin Zein
Wiwin Zein Mohon Tunggu... Freelancer - Wisdom Lover

Tinggal di Cianjur

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Seandainya "Cebong" dan "Kadrun" Tak Pernah Ada

8 Mei 2022   12:50 Diperbarui: 8 Mei 2022   12:55 1322
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi saling bergandengan tangan (Sumber : kompas.com)

"Cebong" dan "Kadrun" hanya dua buah kata, tapi memiliki efek yang luar biasa. Sebab diakui atau tidak, masyarakat saat ini terpolarisasi dengan dua kata itu. Kalau bukan "cebong" ya "kadrun". Sebaliknya kalau bukan "kadrun" ya "cebong".

"Cebong" dan "Kadrun" merujuk kepada dua nama binatang. Disebutkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, "cebong" sama dengan berudu, yakni anak kodok yang masih kecil berwujud seperti ikan dan hidup di air.

Sedangkan "kadrun" tak akan pernah kita temukan dalam kamus bahasa, sebab kata atau istilah itu merupakan akronim dari "kadal gurun". Kadal gurun adalah sejenis reptil yang hidup di gurun pasir. Dalam bahasa Arab, kadal gurun disebut dengan dhab.

Baik "Cebong" atau "Kadrun", dua kata itu digunakan sebagai istilah pejoratif, bahkan mungkin agitatif. Dua kata itu digunakan untuk saling merendahkan atau saling menghina satu sama lain.

Kata "Cebong" digunakan sebagai istilah yang diasosiasikan kepada kelompok orang atau masyarakat yang dianggap sebagai pendukung atau pro kepada presiden Jokowi dan pemerintah. Sementara "Kadrun" digunakan sebagai istilah yang diasosiasikan kepada kelompok orang atau masyarakat yang dianggap sebagai pendukung atau kelompok anti pemerintah.

Istilah "Cebong" dan "Kadrun" ini digunakan tidak hanya oleh masyarakat biasa. Banyak orang-orang yang "terpelajar" dan "terhormat" juga menggunakan kedua istilah itu.

Kalau ditelisik, istilah "Cebong" dan "Kadrun" ini muncul pada waktu Pemilu Presiden beberapa waktu yang lalu. Asalnya memang bukan "Cebong" dan "Kadrun", tapi "Cebong" dan "Kampret".

Istilah "kampret" yang merujuk kepada para pendukung atau pemilih Prabowo Subianto kemudian diganti oleh kelompok "Cebong". Hal itu dikarenakan Prabowo Subianto sendiri yang disimbolkan sebagai kelompok "Kampret" telah bergabung bersama pemerintahan Presiden Jokowi.

Istilah "Kadrun" juga asosiasinya agak berbeda dengan istilah "Kampret". Istilah "Kadrun" tidak diasosiasikan kepada kelompok pendukung Prabowo Subianto, tapi kepada kelompok oposisi atau kelompok yang dianggap anti pemerintah. Bahkan terkadang orang atau kelompok orang yang dianggap "netral" pun terkadang disebut sebagai "Kadrun".

Saya teringat beberapa waktu yang lalu ketika salah seorang tokoh PSI (Partai Solidaritas Indonesia) Tsamara Amany menyatakan keluar dari partai itu. Tsamara Amany yang dipersepsikan sebagai kelompok "Cebong" (karena PSI memang pendukung Presiden Jokowi) pun mendadak banyak yang menyebut sebagai "Kadrun".

Begitu tajamnya polarisasi karena kata atau istilah "Cebong" dan "Kadrun". Seolah-olah orang tidak boleh memiliki pilihan lain. Netral pun tidak boleh.

"Cebong" dan "Kadrun" adalah istilah toksik dalam kehidupan politik bangsa ini. Mengapa sebagian orang masih suka menggunakan kedua istilah itu? Tidakkah mereka yang masih menggunakan kedua istilah itu tidak menginginkan kehidupan berbangsa yang damai dan tenteram?

Menggunakan istilah "Cebong" dan "Kadrun" menurut saya sama saja dengan terus memelihara kebencian atau permusuhan satu sama lain. Berbeda pilihan dalam politik bukan berarti harus saling membenci atau saling memusuhi. Dalam hal ini semua pihak harus bisa lebih bersikap dewasa demi kehidupan bangsa ini.

Terus terang ketika membaca sosial media saya merasa risih, prihatin, dan sedih ketika dua kelompok netizen yang berbeda saling menghujat dengan menggunakan istilah "Cebong" dan "Kadrun". Semangat saling membenci dan memusuhi terlihat jelas dari unggahan kalimat mereka.

Seandainya kata "Cebong" dan "Kadrun" tak pernah ada, mungkin tak akan ada polarisasi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara seperti saat ini. Kehidupan berbangsa dan bernegara mungkin tidak akan setegang saat ini.

Istilah "Cebong" dan "Kadrun" merupakan salah satu masalah bangsa saat ini. Masalahnya, maukah tuan-tuan yang masih menggunakan kedua istilah itu untuk mengakhiri semua masalah dengan tidak menggunakan lagi kedua istilah itu? Bukankah hidup damai dan tenteram itu lebih baik?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun