Nasib Senegal lolos atau tidaknya ke Piala Dunia Qatar 2022 akan ditentukan pada Rabu dini hari (30/03) kala menghadapi Mesir di Putaran Ketiga leg kedua Kualifikasi Piala Dunia Zona Afrika. Di leg kedua giliran Senegal bertindak sebagai tuan rumah.
Di leg pertama yang dilangsungkan di Stadion International Cairo, Senegal kalah tipis o-1 dari Mesir. Ironisnya satu-satunya gol kemenangan Mesir dicetak oleh pemain Senegal sendiri, Saliou Ciss di menit ke-4.
Saliou Ciss melakukan gol bunuh diri setelah bola tendangan Mohamed Salah mengenai mistar gawang, kemudian bola memantul ke badan Saliou Ciss, dan selanjutnya masuk ke gawang Senegal tanpa bisa dicegah oleh kiper Senegal, Edouard Mendy.
Agar bisa lolos ke Piala Dunia, Senegal harus menang atas Mesir dengan selisih lebih dari satu gol. Kalau tidak, Senegal bisa memaksakan skor 1-0 dulu sampai babak extra time, sehingga agregat menjadi 1-1. Selanjutnya Senegal harus menang atas Mesir dalam babak adu penalti.
Hal itu sebagaimana dilakukan Senegal di final Piala Afrika (AFCON) 2021 lalu. Saat itu Senegal unggul 4-2 atas Mesir melalui drama adu penalti. Babak adu penalti dilakukan setelah kedua tim bermain imbang 0-0 sampai babak extra time.
Apakah Senegal bisa melakukannya? Nampaknya cukup sulit. Situasinya agak berbeda. Saat ini Mesir berada di atas angin. Mesir tentu akan berupaya mempertahankan keunggulannya atas Senegal.
Mesir cukup memaksakan hasil imbang untuk lolos ke Piala Dunia Qatar 2022. Malahan tidak menutup kemungkinan Mesir akan kembali menang atas Senegal.
Kalau hal itu terjadi, merupakan sebuah ironi bagi Senegal. Sebab Senegal baru saja menjuarai Piala Afrika 2021. Dan lawan yang dikalahkan Senegal di final Piala Afrika itu adalah tim yang sama, yakni Mesir.
Kalau benar Senegal tidak lolos ke Putaran Final Piala Dunia Qatar 2022, berarti senasib dengan Italia. Tim asuhan Roberto Mancini itu baru saja menjadi juara Piala Eropa, tapi justru gagal lolos ke Piala Dunia Qatar 2022.
Italia gagal lolos otomatis ke Piala Dunia Qatar 2022 karena di kualifikasi fase grup, Gli Azzurri kalah bersaing dengan Swiss. Setelah pertandingan terakhir fase Grup C Italia hanya menempati posisi ke-2.
Padahal sejak pertandingan pertama fase grup dilangsungkan sampai pertandingan ke-7, Italia selalu berada di posisi ke-1. Italia selalu memimpin Grup C.
Namun sial, di pertandingan terakhir (pertandingan ke-8) Italia hanya bermain imbang 0-0 dengan Irlandia Utara. Sementara Swiss justru pesta gol menang besar 4-0 atas Bulgaria. Dengan demikian setelah pertandingan terakhir fase Grup C Italia harus merelakan posisi puncak kepada Swiss.
Italia pun harus melalui babak play off atau Putaran Kedua untuk mendapatkan satu dari tiga tiket sisa Kualifikasi Piala Dunia Zona UEFA (Eropa). Di babak play off Italia tergabung di path (jalur) 3 bersama Makedonia Utara, Portugal, dan Turki.
Namun belum lagi masuk ke "final" path (jalur) 3, Italia sudah rontok oleh Makedonia Utara di "semi final" path (jalur) 3. Italia kalah 0-1 oleh Makedonia Utara. Gol semata wayang Makedonia Utara dicetak oleh Aleksandar Trajovski.
Hal yang lebih menyesakkan lagi, Italia kalah dari Makedonia Utara di menit terakhir babak kedua. Italia kebobolan di menit ke-90+2.
Menjadi juara Piala Konfederasi memang tidak menjadi jaminan akan sukses lolos ke Piala Dunia. Italia telah "membuktikan" nya.
Sebelum Italia, sejumlah tim juga sudah "membuktikan" bahwa setelah juara Piala Eropa tidak bisa otomatis lolos dengan mudah ke Piala Dunia.
Cekoslovakia yang jadi juara Piala Eropa tahun 1976 misalnya, tapi gagal lolos ke Piala Dunia 1978. Tim Dinamit Denmark yang jadi juara Piala Eropa tahun 1992, tapi gagal lolos ke Piala Dunia 1984. Begitu pun Yunani yang jadi juara Piala Eropa tahun 2004 tapi gagal lolos ke Piala Dunia 2006.
Apakah Senegal benar-benar akan bernasib seperti Italia? Jawaban pastinya akan terjawab setelah tanggal 30 Maret nanti.
