Hanya dalam hitungan hari lagi bulan Ramadan akan tiba. Di bulan Ramadan tersebut umat Islam yang telah baligh dan berakal diwajibkan melaksanakan ibadah puasa dari mulai terbit fajar sampai terbenam matahari.
Di beberapa daerah seperti di kota Cianjur misalnya, menjelang datangnya bulan Ramadan ditandai dengan melakukan tradisi tertentu. Di kota Cianjur, ada sebuah tradisi yang disebut dengan papajar.
Papajar juga disebut dengan istilah lain, yakni munggah atau munggahan. Namun istilah munggah atau munggahan sepertinya lebih popular di daerah/kota lain selain Cianjur.
Papajar adalah tradisi pergi bersama-sama keluarga, kerabat, teman, atau tetangga ke tempat rekreasi atau suatu tempat. Mereka membawa nasi lengkap dengan lauk pauknya. Sambil menikmati suasana atau pemandangan tempat yang dituju, makanan yang mereka bawa kemudian mereka makan bersama-sama.
Tradisi papajar secara tidak langsung menjadi sarana acara kumpul keluarga. Sewaktu papajar, keluarga yang cukup sibuk sekali pun biasanya menyempatkan diri untuk bisa hadir.
Ada juga bentuk papajar yang hanya sekedar ngaliwet bersama di saung yang ada di kebun, di halaman rumah, di halaman tempat pengajian, atau di tempat terbuka lainnya. Nasi liwet yang sudah matang tidak dimakan menggunakan piring, tapi memakai alas daun pisang yang dijejerkan secara memanjang.
Nasi liwet ditaburkan secara merata di atas daun pisang tersebut. Lauknya disimpan di atas nasi liwet dengan jarak tertentu, disesuaikan dengan jarak orang yang akan memakan nasi liwet tersebut.
Setelah ada "komando" nasi liwet pun disantap bersama-sama. Kadang orang yang jaraknya berdekatan, saling berebut nasi liwet beserta lauknya. Mereka melakukannya dengan riang gembira dan penuh tawa serta canda.
Selain melakukan tradisi papajar, sebagian umat Islam yang ada di kota Cianjur (dan mungkin di kota/daerah lainnya) juga melakukan sebuah tradisi yang disebut dengan nadran atau nyekar. Tradisi tersebut adalah tradisi ziarah kubur ke makam keluarga atau kerabat.
Mereka yang melakukan tradisi nadran atau nyekar. biasanya membawa kendi berisi air dan sebagian membawa bunga-bungaan. Air dalam kendi itu mereka siramkan dan bunga-bungaan mereka taburkan ke atas makam. Hal itu mereka lakukan sambil memanjatkan do'a.
Selain itu makam yang mereka ziarahi, mereka bersihkan. Rerumputan dan tumbuhan liar di atas makam mereka cabuti dan dedaunan atau sampah yang ada di atas makam mereka sapukan. Bahkan tidak sedikit makam yang "direnovasi" menjelang datangnya bulan Ramadan.
Baik tradisi papajar atau nadran/nyekar merupakan tradisi yang positif. Kendati hal itu tidak ada kaitan langsung dengan ajaran agama (Islam).
Dengan melakukan tradisi papajar sesama umat Islam bisa mempererat tali silaturahmi dan menjalin kebersamaan antar keluarga, teman, atau tetangga. Sedangkan dengan tardisi nadran/nyekar umat Islam bisa mengambil pelajaran dari mereka yang sudah meninggal dunia.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI