Mohon tunggu...
Wiwin Zein
Wiwin Zein Mohon Tunggu... Freelancer - Wisdom Lover

Tinggal di Cianjur

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Waspada Omicron dalam Antrean Undangan Pernikahan

15 Februari 2022   15:21 Diperbarui: 15 Februari 2022   15:28 352
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saya semakin cemas dan khawatir. Tapi lagi-lagi saya berharap mudah-mudahan orang yang batuk tadi mengenakan masker dan berjarak cukup aman.

Belum lagi saya selesai menenangkan diri, saya kembali mendengar orang yang di belakang tadi batuk lagi. Bahkan berkali-kali. Hidungnya sekarang terdengar seperti mampat tersumbat.

Dengan perasaan cemas, jengkel, dan marah, saya pun penasaran dan menoleh ke belakang mencari tahu siapa yang batuk tadi. Betapa terkejut dan khawatirnya saya saat itu. Saya melihat orang yang batuk tadi ternyata tidak memakai masker sama sekali. Jaraknya pun cukup rapat dengan punggung saya, tidak lebih dari 30 centi meter.

Terus terang perasaan saya waktu itu tidak karuan, antara cemas, jengkel, dan marah. Sebab saya perkirakan droplets dari batuk orang tadi yang berkali-kali itu pasti banyak yang menempel di rambut dan punggung saya.

Saya coba menoleh kembali ke belakang sambil menunjukkan gestur tidak suka. Tapi orang yang di belakang itu seolah-olah tak mau melihat gestur ketidaksukaan saya.

Disertai perasaan cemas, jengkel, dan marah, saya pun memutuskan untuk keluar dari antrean. Kemudian saya duduk kembali di kursi  yang ada di sana.

Setelah duduk di kursi, saya bisa melihat dengan jelas siapa  orang yang batuk tadi. Seorang laki-laki muda. Saya kemudian tahu bahwa orang-orang yang mengantre di belakang saya itu adalah guru-guru sekolah dasar, temasuk orang yang batuk tadi.

Saya pun kemudian tahu bahwa orang yang  batuk tadi adalah seorang  guru honorer fresh graduate dari salah sebuah perguruan tinggi swasta lokal. Menurut informasi yang saya terima kemudian, orang yang batuk tadi mengajar mata pelajaran PJOK (pendidikan jasmani, olah  raga, dan kesehatan).

Saya merasa heran dan hanya geleng-geleng kepala. Saya tidak habis fikir, kok ada seorang guru olah raga seperti itu, sangat tidak taat protokol kesehatan. Padahal apa yang dia lakukan itu sangat membahayakan orang lain.

Sebagai seorang guru, batuk "di atas kepala" orang lain juga merupakan perilaku yang sangat tidak beretika dan tidak terpuji. Perilaku yang tidak patut dicontoh oleh siapa pun.

Apa yang saya sampaikan tersebut  bukan bermaksud untuk mendiskreditkan seorang guru. Saya hanya ingin memberikan sebuah gambaran, bahwa tidak semua orang mampu memiliki sikap waspada terhadap bahaya virus corona. Jangankan orang biasa, orang yang berpendidikan pun ternyata seperti itu. Menyedihkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun