AC Milan dan Barcelona, siapa yang tak familiar dengan kedua tim ini? AC Milan adalah tim asal kota mode, Milan, Italia. Sementara Barcelona merupakan tim dari Catalunia, Spanyol.
AC Milan atau Milan, adalah pemegang 7 trofi Piala Liga Champions UEFA. Capaian Milan tersebut adalah yang terbanyak kedua setelah Real Madrid. Sampai saat ini, Madrid merupakan pemegang trofi Piala Liga Champions UEFA terbanyak dengan 13 gelar juara.
Barcelona atau Barca, adalah pemegang 5 trofi Piala Liga Champions UEFA. Capaian Barca ini 2 trofi lebih sedikit dari Milan. Barca berada di urutan ke-5 tim Eropa dengan raihan Piala Liga Champions UEFA. Di atas Barca masih ada Bayern Munchen dan Liverpool.
Kedua tim itu dengan demikian merupakan tim besar Eropa. Sebab kedua tim itu mampu meraih trofi "Si Kuping Lebar" cukup banyak. Capaian yang sulit didapatkan tim Eropa lainnya. Â Â Â
Akan tetapi di gelaran kompetisi UEFA Champions League (UCL) musim 2021-2022 ini, nasib kedua tim itu cukup memprihatinkan. Kedua tim besar tersebut terancam tidak lolos ke fase knockout 16 besar.
Milan yang tergabung di Grup B bersama Liverpool, Porto, dan Atletico Madrid, sampai pertandingan ke-4 fase grup masih berada di dasar klasemen sementara Grup B dengan raihan poin baru satu poin.
Melihat kondisi tersebut, nampaknya akan sangat sulit bagi Milan untuk lolos ke fase knockout 16 besar. Kendati Milan bisa memenangkan kedua pertandingan sisa Grup B, tapi Milan juga sangat tergantung dengan tim lainnya.
Lawan Milan di dua pertandingan sisa itu adalah Atletico Madrid dan pemuncak klasemen Liverpool. Kendati Milan menang atas Atletico Madrid dan Liverpool, tapi jika Porto bisa memenangkan satu saja dari dua pertandingan sisanya bisa dipastikan Milan akan gagal lolos ke 16 besar.
Itu jika Milan menang. Apalagi jika Milan kalah atau seri di dua pertandingan sisa itu. Mungkin posisi Milan tetap berada di dasar klasemen Grup B. Â Â
Bagaimana dengan Barca? Setali tiga uang dengan Milan. Barca juga terancam tidak lolos ke fase knockout 16 besar. Walau pun dalam hal ini peluang Barca tidak lolos ke fase knockout 16 besar lebih kecil dibandingkan dengan Milan.
Barca yang tergabung di Grup E bersama Bayern Munchen, Benfica, dan Dynamo Kyiv, saat ini  berada di posisi ke-2 klasemen sementara Grup E.  Di pertandingan ke-5 Rabu dini hari (24/11), Barca hanya mampu  bermain imbang dengan skor kaca mata dengan Benfica.  Â
Kendati berada di posisi ke-2 klasemen sementara Grup E, peluang Barca untuk lolos ke fase knockout 16 besar terbilang kecil. Dengan kata lain peluang Barca untuk tidak lolos ke fase knockout 16 besar lebih besar.
Mengapa? Saat ini Barca baru mengoleksi 7 poin. Koleksi poin Barca tersebut masih sangat mungkin dilampaui oleh Benfica.
Benfica kendati baru mengoleksi dua poin lebih sedikit dari Barca yakni 5 poin, tapi di pertandingan terakhir Grup E akan menghadapi tim lemah Dynamo Kyiv. Sementara itu Barca harus menghadapi pemuncak klasemen Grup E, Bayern Munchen.
Peluang Barca menang atas Munchen cukup kecil, mengingat kekuatan Munchen saat ini cukup luar biasa. Di sisi lain kekuatan Barca sendiri terbilang biasa saja.
Di pertemuan pertama, di pertandingan ke-1 fase Grup E, Barca dihajar tiga gol tanpa balas oleh Munchen. Padahal pertandingan dilangsungkan di kandang Barca, Stadion Camp Nou.
Apalagi di pertemuan kedua dengan Munchen nanti (09/12), Barca akan bertandang ke Stadion Allianz Arena yang cukup angker bagi tim tamu. Kemungkinan Barca kalah dari Munchen lebih besar.
Kecuali kalau Munchen mau "bermain sabun" dengan Barca agar Barca bisa lolos ke fase knockout 16 besar. misalnya. Tapi itu hal yang tidak mungkin akan dilakukan oleh Munchen.
Memang tidak ada pilihan lain bagi Barca untuk bisa lolos ke fase knockout 16 besar selain menang atas Munchen. Nasib Barca ada di tangan Barca sendiri. Â Â
Pertandingan terakhir fase Grup E antara Barca versus Munchen tanggal 9 Desember nanti bisa menjadi ajang pembuktian bagi pelatih baru Barca, Xavi Hernandez. Kalau Xavi bisa memenangkan pertandingan atas Munchen, maka kualitas Xavi sebagai pelatih terbukti hebat.
Namun jika Barca kembali kalah dari Munchen, apa bedanya Xavi dengan Ronald Koeman, pelatih Barca sebelum Xavi sendiri? Sederhanya, tak ada gunanya Barca mengganti pelatih kalau performa tim tidak berubah.
Seandainya Milan dan Barca benar-benar tidak lolos ke fase knockout 16 besar, hal itu bisa dipahami sebagai sebuah ironi. Mengingat kedua tim merupakan tim besar Eropa di UCL.
Akan tetapi ada pepatah mengatakan bahwa roda kehidupan itu berputar. Kadang di atas kadang di bawah. Mungkin saat ini Milan dan Barca sedang berada di bawah. Tapi percayalah, setelah itu pasti akan naik kembali ke atas.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H