Kalau sawahnya bagus dalam artian pengairannya normal, bisa ditanami 3 kali dalam setahun. Tapi kalau sawah tadah hujan, paling bisa ditanami 2 kali dalam setahun.
Padi sebanyak 8 kwintal itu mari kita konversi ke dalam bentuk uang. Kita asumsikan harga padi basah Rp. 4.000 per kilo gram. Berarti padi sebanyak 8 kwintal itu ekuivalen dengan Rp. 3,2 juta. Itu bukan keuntungan, sebab belum dikurangi biaya produksi.
Komponen biaya produksi adalah untuk pengolahan tanah, benih, pupuk, pestisida, sewa alat-alat, dan upah kerja. Kalau sawah bukan milik sendiri berarti biaya produksi ditambah dengan biaya sewa tanah.Â
Jika per 100 tumbak menghasilkan 8 kwintal padi atau ekuivalen dengan Rp. 3,2 juta. Berarti jika per satu hektare sawah akan menghasilkan sekira 56 kwintal /5,6 ton padi atau ekuivalen dengan Rp. 22, 4 juta.
Biaya produksi per musim tanam kurang lebih sekira Rp. 13 juta/hektare. Komponen biaya produksi tanaman padi terbesar adalah pengeluaran untuk pekerja/jasa pertanian. Rata-rata mencapai 45 persen dari total biaya atau sekira Rp. 5,4 juta.
Komponen biaya produksi yang cukup besar lainnya adalah untuk pupuk sekira Rp. 1,3 juta/hektare. Selanjutnya pengadaan bibit Rp. 458 ribu/hektare, pestisida Rp. 215 ribu/hektare, sewa alat-alat Rp. 300 ribu/hektare, dan sewa lahan Rp. 3,5-4,5 juta/hektare.
Dengan demikian keuntungan dari menanam padi seluas satu hektare adalah hasil panen Rp. 22,4 juta dikurangi biaya produksi Rp. 13 juta/hektare. Berarti sekira Rp. 9,4 juta.
Rp. 9,4 juta itu adalah keuntungan per tiga bulan/hektare. Artinya jika dibagi tiga bulan, maka keuntungan per bulan hanya sekira Rp. 3,1 juta.
Itu keuntungan dari satu hektare. Padahal tidak banyak petani yang memiliki lahan sawah seluas itu. Sebagian besar petani mungkin hanya memiliki sawah ratusan tumbak saja.
Keuntungan dari bertani padi memang demikian, relatif kecil. Kecuali kalau lahan sawahnya luas berhektare-hektare, tentu keuntungan bertani padi tidak bisa disebut kecil lagi. Bahkan banyak petani padi kaya raya karena memiliki lahan sawah yang  luas.
Kendati keuntungan bertani padi relatif kecil, bahkan tak jarang hanya mencapai BEP (Break Event Point) alias balik modal saja per musim tanamnya, keberadaan para petani padi sangatlah vital. Secara tidak langsung mereka lah yang telah memenuhi kebutuhan makan masyarakat Indonesia yang mayoritas makanan pokoknya nasi.