Paribasa di atas merupakan pepeling agar taat atau menghargai hukum, taat kepada negara (pemerintah), dan memperhatikan kepentingan umum. Paribasa di atas cakupannya sudah level nasional, bukan lagi pepeling lokal untuk kehidupan sehari-hari di lingkungan sekitar.
Keempat, "Ulah Pagiri-giri Calik, Pagirang-girang tampian". Dalam bahasa Indonesia, paribasa tersebut kurang lebih berarti, "Jangan berlomba-lomba duduk paling tinggi, jangan berlomba-lomba paling hulu tempat mandi".
Paribasa di atas merupakan pepeling agar tidak saling berebut kedudukan atau jabatan. Selain itu paribasa tersebut juga berisi pepeling agar tidak saling berebut "kursi" alias kekuasaan.
Namun paribasa tersebut bukan berarti melarang untuk mendapatkan kedudukan atau jabatan dan kekuasaan. Paribasa itu hanya mengingatkan jangan sampai persaingan mendapatkan kedudukan atau jabatan dan kekuasaan dengan menghalalkan segala cara sehingga kemudian menimbulkan perpecahan dan permusuhan.
Kelima, "Ka cai jadi saleuwi, ka darat jadi salogak". Dalam bahasa Indonesia, paribasa tersebut kurang lebih berarti, "Kalau di air jadi satu lubuk, kalau di darat jadi satu lubang".
Paribasa di atas merupakan pepeling agar seia-sekata, menjaga kebersamaan dan kekompakan. Hal itu tanpa memandang tempat, di mana pun berada.
Selain ke-5 peribahasa Sunda yang berisi pepeling agar hidup rukun dan damai di atas, tentu masih ada banyak contoh peribahasa yang semakna dengan ke-5 peribahasa itu. Lain waktu mungkin bisa ditambahkan lagi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H