Mohon tunggu...
Wiwin Zein
Wiwin Zein Mohon Tunggu... Freelancer - Wisdom Lover

Tinggal di Cianjur

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Pasangan Anies-Sandi, Mungkinkah Bersanding Kembali?

14 Juni 2021   13:57 Diperbarui: 14 Juni 2021   14:22 332
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pasangan Anies-Sandi setelah dilantik sebagai Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta tahun 2017 lalu (sumber : kompas.com)

Membicarakan masalah politik sepertinya menjadi salah satu kesukaan masyarakat kita. Termasuk membicarakan para calon presiden (capres) atau calon wakil presiden (cawapres) untuk Pemilihan Umum (Pemilu) yang akan datang.

Tengok saja, baru juga beberapa bulan setelah presiden dan wakil presiden hasil Pemilu 2019 lalu dilantik, banyak lembaga survei telah merilis hasil survei mengenai tokoh-tokoh yang potensial dan memiliki elektabilitas tinggi untuk maju sebagai capres atau cawapres. Padahal pemilu masih jauh.

Hal itu tentu bukan suatu masalah dan juga tabu. Boleh-boleh saja. Tak ada salahnya siapa pun membicarakan masalah tersebut.

Sampai saat ini ada sudah banyak nama tokoh yang digadang-gadang sebagai capres atau cawapres, yang selalu muncul hampir di tiap lembaga survei. Mereka menjadi bahan pembicaraan dan pemberitaan.

Para tokoh itu tidak jauh dari nama Prabowo Subianto, Anies Baswedan, Ganjar Pranowo, Ridwan Kamil, Sandiaga Uno, atau Agus Harimurti Yudhoyono (AHY). Selain itu ada juga nama Puan Maharani, Airlangga Hartarto, Tri Rsimaharini, Gatot Nurmantyo, Khofifah Indar Parawansa, Muhaimin Iskandar, dan  beberapa nama lain.

Di posisi lima besar, nama Prabowo Subianto, Anies Baswedan, Ganjar Pranowo, Ridwan Kamil, dan Sandiaga Uno hampir selalu muncul di setiap lembaga survei. Kadang urutannya sedikit berbeda. Ada yang menempatkan Anies atau Ganjar di atas Prabowo misalnya.

Beberapa lembaga survei, termasuk beberapa pengamat politik juga telah membuat banyak simulasi pasangan capres dan cawapres. Sehingga muncul simulasi pasangan Prabowo Subianto-Puan Maharani, Prabowo-Anies, Prabowo-Ganjar, dan seterusnya.

Kemudian muncul simulasi Anies-AHY, Anies-Sandi, Anies-Gatot, Anies-RK, Anies-Khofifah atau Anies-Airlangga. Selain itu ada juga simulasi Airlangga-RK, Ganjar-RK, Ganjar-Khofifah, RK-AHY, dan masih banyak lagi simulasi pasangan capres-cawapres lainnya.

Banyaknya simulasi pasangan capres-cawapres tersebut tentu hanya sebatas simulasi.  Sebab pada prakteknya dalam pemilu tidak mungkin ada pasangan capres-cawapres sebanyak itu.

Kalau syarat ambang batas pencalonan presiden-wakil presiden alias presidential treshold di Pemilu 2024 tetap sebesar 20 persen seperti pemilu sebelumnya, maksimal hanya akan ada lima pasangan capres-cawapres saja. Kecuali jika ambang batas pencalonan presiden-wakil presiden diturunkan menjadi lebih kecil.

Adanya lima pasangan capres-cawapres di Pemilu 2024 karena ambang batas pencalonan presiden-wakil presiden 20 persen itu pun hanya teori. Prakteknya merupakan hal yang tidak mungkin, sebab tidak akan ada partai politik atau gabungan partai politik yang memiliki jumlah suara pas 20 persen.

Hal yang realistis adalah, dengan ambang batas pencalonan presiden-wakil presiden sebesar 20 persen, maksimal paling hanya akan ada empat pasangan capres-cawapres saja. Kalau kurang dari empat, mungkin.

Menuju Pemilu 2024, beberapa partai politik saat ini sudah kelihatan melakukan konsolidasi internal dan melakukan komunikasi dengan partai politik lain. Hal itu memunculkan spekulasi partai itu akan melakukan koalisi di Pemilu 2024 nanti.

Partai Gerindra dan PDI Perjuangan misalnya. Kedua partai politik itu diprediksi akan melakukan koalisi di Pemilu 2024 dengan mengusung Prabowo Subianto-Puan Maharani sebagai capres dan cawapres.

Kalau pasangan Prabowo Subianto-Puan Maharani terwujud di Pemilu 2024 nanti, berarti kedua pasangan itu mendapat dukungan suara cukup besar mencapai 31,9 persen. Suara sebesar itu hasil kumulatif dari suara PDI P 19,33 persen dan  suara Partai Gerindra 12,57 persen.

Belum lagi jika ada partai politik lain yang bergabung dengan PDI-P dan Partai Gerindra mendukung pasangan Prabowo Subianto-Puan Maharani. Tentu semakin besar lagi dukungan politik bagi pasangan itu.

Secara dukungan politik, pasangan Prabowo Subianto-Puan Maharani adalah pasangan yang paling aman. Tanpa dukungan partai politik lain pun pasangan itu sudah cukup. Sementara pasangan capres-cawapres lain masih harus bersusah payah mencari dukungan dari banyak partai politik.  

Apalagi bagi tokoh yang tidak memiliki partai politik seperti Anies Baswedan misalnya.  Walau pun memiliki elektabilitas tinggi, tapi jika tidak ada partai politik yang mengusungnya tentu tidak akan bisa maju sebagai capres atau cawapres.

Menurut banyak pemberitaan, beberapa partai politik saat ini disebut-sebut akan mengusung Anies Baswedan sebagai capres atau cawapres di pemilu 2024 nanti. Partai Nasdem dan Partai Keadilan Sejahtera misalnya. Kedua partai itu sering dikait-kaitkan dengan Anies Baswedan.

Ada juga partai politik lain yang sempat dikait-kaitkan dengan Anies Baswedan. Seperti Partai Golkar atau Partai Demokrat. Namun dukungan kedua partai politik itu dikaitkan dengan tokoh yang ada di dua partai politik itu, untuk diduetkan dengan Anies sebagai pasangan capres-cawapres.

Dukungan Partai Demokrat misalnya, dikaitkan dengan paket Anies-AHY. Begitu pula dengan dukungan Partai Golkar dikaitkan dengan paket Anies-Airlangga.

Bagi Anies Baswedan walau pun memiliki elektabilitas tinggi, tapi jika tidak ada partai politik yang mengusungnya tentu akan sia-sia. Dalam hal ini Anies mau tidak mau harus "kawin" dengan salah satu tokoh partai politik untuk mendapatkan dukungan politik.

Oleh karena itu pasangan Anies-Gatot  atau Anies-RK misalnya, menjadi hal yang agak mustahil terwujud. Sebab, baik Gatot maupun RK sementara ini bukan tokoh partai politik.

Berbeda halnya dengan pasangan Anies-AHY, Anies-Airlangga, atau Anies-Puan misalnya, cukup realistis dan bisa terwujud. Sebab pasangan Anies itu merupakan  tokoh partai politik.   

Bagaimana dengan pasangan Anies-Sandi, apakah mungkin bersanding kembali? Bukankah Sandiaga merupakan seorang tokoh partai politik?

Ini cukup menarik. Pasangan Anies-Sandi dalam simulasi pasangan capres-cawapres mendapat dukungan cukup tinggi.

Seperti hasil survei yang dirilis oleh lembaga survei Paramater Politik Indonesia awal Juni 2021 lalu misalnya. Pasangan Anies-Sandi mendapat dukungan 32,1 persen.

Selain itu pasangan Anies-Sandi juga telah teruji. Hal itu telah terbukti di Pilgub DKI 2017 lalu. Anies-Sandi menjadi pemenangnya.

Pasangan Anies-Sandi nampaknya sulit akan terjadi kembali walau pun Sandiaga merupakan tokoh partai Gerindra. Selama Partai Gerindra memiliki tokoh lain yang akan didorong menjadi capres atau cawapres, seperti Prabowo Subianto, akan sulit bagi Sandiaga bersaing di Partai Gerindra.

Lain halnya jika Prabowo Subianto tidak maju kembali dalam kontestasi pemilihan presiden. Pasangan Anies-Sandi mungkin bisa terjadi.  

Namun dalam politik tidak ada yang tidak mungkin. Bisa saja pasangan Anies-Sandi diusung oleh beberapa partai politik di luar Partai Gerindra, yang memenuhi presidential treshold. Siapa tahu??

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun