Hal yang realistis adalah, dengan ambang batas pencalonan presiden-wakil presiden sebesar 20 persen, maksimal paling hanya akan ada empat pasangan capres-cawapres saja. Kalau kurang dari empat, mungkin.
Menuju Pemilu 2024, beberapa partai politik saat ini sudah kelihatan melakukan konsolidasi internal dan melakukan komunikasi dengan partai politik lain. Hal itu memunculkan spekulasi partai itu akan melakukan koalisi di Pemilu 2024 nanti.
Partai Gerindra dan PDI Perjuangan misalnya. Kedua partai politik itu diprediksi akan melakukan koalisi di Pemilu 2024 dengan mengusung Prabowo Subianto-Puan Maharani sebagai capres dan cawapres.
Kalau pasangan Prabowo Subianto-Puan Maharani terwujud di Pemilu 2024 nanti, berarti kedua pasangan itu mendapat dukungan suara cukup besar mencapai 31,9 persen. Suara sebesar itu hasil kumulatif dari suara PDI P 19,33 persen dan  suara Partai Gerindra 12,57 persen.
Belum lagi jika ada partai politik lain yang bergabung dengan PDI-P dan Partai Gerindra mendukung pasangan Prabowo Subianto-Puan Maharani. Tentu semakin besar lagi dukungan politik bagi pasangan itu.
Secara dukungan politik, pasangan Prabowo Subianto-Puan Maharani adalah pasangan yang paling aman. Tanpa dukungan partai politik lain pun pasangan itu sudah cukup. Sementara pasangan capres-cawapres lain masih harus bersusah payah mencari dukungan dari banyak partai politik. Â
Apalagi bagi tokoh yang tidak memiliki partai politik seperti Anies Baswedan misalnya. Â Walau pun memiliki elektabilitas tinggi, tapi jika tidak ada partai politik yang mengusungnya tentu tidak akan bisa maju sebagai capres atau cawapres.
Menurut banyak pemberitaan, beberapa partai politik saat ini disebut-sebut akan mengusung Anies Baswedan sebagai capres atau cawapres di pemilu 2024 nanti. Partai Nasdem dan Partai Keadilan Sejahtera misalnya. Kedua partai itu sering dikait-kaitkan dengan Anies Baswedan.
Ada juga partai politik lain yang sempat dikait-kaitkan dengan Anies Baswedan. Seperti Partai Golkar atau Partai Demokrat. Namun dukungan kedua partai politik itu dikaitkan dengan tokoh yang ada di dua partai politik itu, untuk diduetkan dengan Anies sebagai pasangan capres-cawapres.
Dukungan Partai Demokrat misalnya, dikaitkan dengan paket Anies-AHY. Begitu pula dengan dukungan Partai Golkar dikaitkan dengan paket Anies-Airlangga.
Bagi Anies Baswedan walau pun memiliki elektabilitas tinggi, tapi jika tidak ada partai politik yang mengusungnya tentu akan sia-sia. Dalam hal ini Anies mau tidak mau harus "kawin" dengan salah satu tokoh partai politik untuk mendapatkan dukungan politik.