Mohon tunggu...
Wiwin Zein
Wiwin Zein Mohon Tunggu... Freelancer - Wisdom Lover

Tinggal di Cianjur

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Ini 3 Alasan Italia Tak Boleh Dipandang Sebelah Mata

9 Juni 2021   22:29 Diperbarui: 10 Juni 2021   07:58 445
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Skuad Italia (sumber : kaltim.tribunnews.com)

Kick off Euro 2020 alias Piala Eropa 2020 tinggal dalam hitungan jam. Gelaran turnamen empat tahunan antar negara Eropa itu akan dibuka dengan partai perdana antara Gli Azzuri Italia sebagai tuan rumah menghadapi tim berjuluk Ay-Yildizlilar Turki di Stadion Olimpico Roma (11/06).

Di atas kertas, Italia akan mampu mengatasi Turki. Walau pun hal itu mungkin tidak akan mudah bagi Italia.

Italia, dalam gelaran Euro 2020 ini mungkin kurang diunggulkan. Orang lebih suka mengunggulkan Belgia, Inggris, atau Prancis misalnya, daripada Italia. Salah satunya karena Italia kini memiliki skuad yang dianggap kurang mentereng.

Kendati skuad Gli Azzuri Italia tidak begitu mentereng, tapi tim negeri Pizza tersebut tidak boleh dipandang sebelah mata. Tidak menjadi alasan pula Italia tidak dijadikan  tim unggulan. Banyak hal lain yang bisa diketengahkan mengapa Italia harus diperhitungkan, antara lain :  

Pertama, Italia memiliki akar dan tradisi sepak bola yang kuat. Bukti hal itu tidak bisa dibantah lagi. Sejauh ini Italia merupakan tim Eropa pemegang rekor sebagai pengoleksi gelar terbanyak Piala Dunia.

Italia mampu menjuarai Piala Dunia sebanyak empat kali. Italia juara dunia pada Piala Dunia 1934, 1938, 1982, dan 2006. Hanya Jerman sebagai tim Eropa lainnya yang mampu menyamai rekor Italia.

Kemudian di Piala Eropa atau Euro sendiri, prestasi Italia tidak buruk. Italia mampu menjadi finalis di turnamen empat tahunan itu sebanyak tiga kali. Rinciannya satu kali juara dan dua kali menjadi runner up.

Italia juara Euro pada tahun 1968 kala mengalahkan Yugoslavia (1-1, dan 2-0). Sedangkan pada tahun 2000 dan dan 2012 Italia harus puas menjadi runner up. Tahun 2000 Italia kalah di final dari Prancis 2-1 dan di tahun 2012 Italia kalah telak 0-4  dari tim matador, Spanyol.

Kedua, perjalanan Italia di babak kualifikasi Euro 2020 sangat luar biasa, sempurna. Hanya tim Belgia yang mampu menyamai Italia.

Italia yang tergabung di Grup J tampil dominan dan ciamik. Italia tidak sekali pun kehilangan poin. Italia tidak pernah seri, apalagi kalah.

Di pertandingan perdana babak kualifikasi Euro 2020, Italia berhasil mengalahkan Finlandia 2-0 (24/03/2019). Kemudian, Italia menghajar Liechtenstein 6-0 (27/03/2019), mengalahkan Yunani 3-0 (09/06/2019), Bosnia-Herzegovina 2-1 (12/06/2019), dan Armenia 3-1 (05/09/2019).

Setelah itu Italia kembali mengalahkan Finlandia 2-1 (09/09/2019), Yunani 2-0 (13/10/2019), Liechtenstein 5-0 (16/10/2019), dan Bosnia-Herzegovina 3-0 (16/11/2019). Di pertandingan terakhir, Italia pesta gol kala mempermalukan Armenia 9-1 (19/11/2019).

Dengan 10 kemenangan itu Italia mendulang poin sempurna, 30. Italia memasukkan 37 gol dan hanya kebobolan 4 gol. Italia pun menjadi juara Grup J dan melenggang lebih awal ke putaran final Euro 2020.

Tolok ukur tim hebat yang objektif sesungguhnya adalah tim yang mampu selalu menang dan produktif dalam urusan gol, bukan tim yang bertabur bintang semata. Italia dalam hal itu telah melakukannya dengan baik.

Ketiga, Italia ditangani oleh Roberto Mancini. Faktor ini juga tidak bisa disepelekan.

Sejak ditangani oleh Roberto Mancini, Gli Azzuri mengalami kebangkitan. Italia di bawah Mancini, menunjukkan catatan positif dan impresif. Salah satu buktinya adalah 10 kemenangan beruntun Italia di babak kualifikasi Euro 2020.

Roberto Mancini ditunjuk oleh FIGC (Federasi Sepak bola Italia) menjadi pelatih tim nasional Italia pada 14 Juni 2018. Roberto Mancini menggantikan Giampiero Ventura yang gagal meloloskan Italia ke Piala Dunia 2018.

Kegagalan Italia lolos ke Piala Dunia 2018 sering dijadikan argumentasi bahwa sepak bola Italia mengalami kemunduran. Padahal kalau mau objektif, kegagalan Italia lolos ke Piala Dunia 2018 semata-mata faktor kesalahan FIGC mengangkat Giampiero Ventura sebagai pelatih tim nasional Italia dan faktor kualitas Giampiero Ventura sendiri.

Kualitas skuad Italia yang gagal ke Piala Dunia 2018, yang ditangani oleh Ventura waktu itu tidaklah buruk. Kalau dibandingkan dengan skuad Italia yang ditangani oleh Mancini kini pun, kualitas skuad Italia yang ditangani oleh Ventura mungkin relatif tidak jauh berbeda.

Malahan waktu itu skuad Italia masih dihuni pemain-pemain bintang seperti Gianlugi Buffon, Andrea Barzagli, Leonardo Bonucci, Daniele de Rossi, atau Stephan El-Sharawy. Namun Italia gagal juga ke Piala Dunia 2018.

Artinya ketidaklolosan Italia ke Piala Dunia 2018 waktu itu bukan karena kualitas skuad Italia, tapi lebih karena faktor pelatih. Mungkin ini agak tendensius, tapi faktanya seperti itu.    

Italia kini di bawah asuhan Roberto Mancini cukup mumpuni dan menakutkan tim lawan. Dan Roberto Mancini bukanlah Giampiero Ventura.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun