Mohon tunggu...
Wiwin Zein
Wiwin Zein Mohon Tunggu... Freelancer - Wisdom Lover

Tinggal di Cianjur

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Cerita Si Kabayan, Tak Lekang oleh Zaman

17 Mei 2021   17:52 Diperbarui: 19 Mei 2021   14:08 1694
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Salah satu cover buku Si Kabayan (sumber : basasunda.com)

Sejak dulu ketika masih anak-anak hingga kini ketika sudah bukan anak-anak lagi, saya selalu terkesan dengan tokoh fiktif nan populer dari tatar Sunda bernama Si Kabayan. Membaca buku atau mendengarkan cerita mengenai Si Kabayan selalu menarik dan menghadirkan keceriaan.

Si Kabayan adalah tokoh fiktif asal tatar Sunda yang digambarkan sebagai orang yang malas, lugu, sekaligus lucu. Namun di sisi lain, Si Kabayan sering dipandang sebagai tokoh fiktif yang cerdas dan inspiratif.  

Si Kabayan adalah sosok yang nothing to lose. Dalam situasi dan kondisi apa pun, Si Kabayan senantiasa memandang hidup dengan "ringan" dan optimis. Keseharian hidup Si Kabayan penuh keceriaan dan tidak dibebani hiruk pikuk kehidupan.

Dalam kalimat lain Si Kabayan bisa disebut sebagai orang yang tidak pernah mengeluh ketika menghadapi situasi dan kondisi yang sulit atau tidak diinginkan. Sebaliknya Si Kabayan tidak euforia dalam situasi dan kondisi yang menguntungkan atau menyenangkannya.

Si Kabayan adalah "manusia merdeka" dan "manusia apa adanya". Ia tidak terikat atau bisa "didikte" oleh kehidupan. Si Kabayan bukanlah "manusia pencitraan".

Si Kabayan senantiasa jujur terhadap keadaan dan terhadap diri sendiri. Kalau Si Kabayan menyukai sesuatu, ia katakan suka. Sebaliknya kalau Si Kabayan tidak menyukai sesuatu, ia katakan tidak suka.. Si Kabayan bukanlah "manusia munafik".

Si Kabayan memang tokoh fiktif, namun secara tidak langsung memberikan pesan moral kepada banyak orang bagaimana seharusnya menghadapi kehidupan. Dalam prinsip hidup Si Kabayan, hidup jangan dibawa susah, nikmati saja.

Akan tetapi hal yang disukai banyak orang dari Si Kabayan bukan pesan moralnya, melainkan keluguan dan kelucuannya. Mungkin hanya sedikit orang yang mau dan mampu mengambil pesan moral dari tokoh fiktif  Si Kabayan ini.

Di kalangan masyarakat Sunda sendiri, hal yang menonjol dari Si Kabayan adalah keluguannya. Sehingga tidak aneh jika ada orang yang lugu dan melakukan hal-hal konyol ada ungkapan "Siga Si Kabayan wae" (Kayak Si Kabayan saja).

Oleh karena itu Doel Soembang, seorang budayawan dan seniman Sunda menepis anggapan bahwa Si Kabayan adalah representasi orang Sunda secara keseluruhan. Dalam salah satu bait lagunya Doel Soembang mengatakan bahwa "Si Kabayan urang Sunda, tapi urang Sunda lain Si Kabayan".

Arti dari bagian lagu Doel Soembang di atas adalah, " Si Kabayan memang orang Sunda, tapi orang Sunda bukanlah Si Kabayan". Dalam hal ini Doel Soembang secara jelas menolak jika Si Kabayan dianggap representasi orang Sunda secara keseluruhan. Maksudnya, Doel Soembang tidak mau jika orang Sunda dikesankan sebagai orang yang lugu dan konyol.

Banyak sastrawan dan budayawan Sunda sendiri telah mengangkat tokoh fiktif Si Kabayan ini sebagai karya sastra dan karya tulis mereka. Ajip Rosidi dan Achdiat Karta Mihardja misalnya, keduanya telah membuat beberapa buah buku mengenai Si Kabayan.

Ajip Rosidi tercatat pernah menulis buku "Si Kabayan dan Beberapa Dongeng Sunda lainnya" (1977), "Manusia Sunda : Sebuah Esai Tentang Tokoh-tokoh Sastra dan Sejarah (1984), Apa Siapa Orang Sunda" (2003), dan "Jatiwangi Sunda Indonesia". Sementara Achdiat Karta Mihardja pernah menulis buku "Si Kabayan Manusia Lucu" dan "Si Kabayan Nongol di Zaman Jepang".

Beberapa penulis lain yang pernah pula mengangkat tokoh fiktif Si Kabayan adalah Yakob Sumarjo (Paradoks Cerita-cerita Si Kabayan), Lina Maria Coster-Wijsman (Si Kabayan : Cerita Lucu di Indonesia Terutama di Tanah Sunda), dan Yuliardi Soekardi (Cerita Jawa Barat : Si Kabayan Jadi Hakim). 

Selanjutnya ada Wahyu Wibisana dan Mang Koko yang menulis buku "Gending Karesmen Si Kabayan". Ada pula Moh. Ambri yang menulis "Si Kabayan Jadi Dukun".    

Mereka, para penulis atau sastrawan di atas bisa disebut sebagai para penulis buku "serius" tentang Si Kabayan. Selain mereka masih ada banyak penulis buku lain tentang Si Kabayan dengan versi "santai".

Buku Si Kabayan versi "santai" ini lebih ditujukan untuk pembaca anak. Oleh karena itu buku Si Kabayan versi "santai" banyak disajikan dengan gambar-gambar yang menarik.

Tokoh fiktif Si Kabayan adalah aset budaya masyarakat Sunda. Oleh karena itu selama masih ada orang Sunda Si Kabayan akan terus ada, tak akan lekang oleh zaman.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun