Mohon tunggu...
Wiwin Zein
Wiwin Zein Mohon Tunggu... Freelancer - Wisdom Lover

Tinggal di Cianjur

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Kalah dari Chelsea, Manchester City Harus Hati-hati

9 Mei 2021   07:43 Diperbarui: 9 Mei 2021   09:17 303
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemain Chelsea, Hakim Ziyech dan rekannya sedang merayakan kemenangan Chelsea atas Manchester City (sumber: AFP via tribunnews.com)

Chelsea dan Manchester City adalah dua finalis Liga Champions UEFA musim ini. Dua tim asal Liga Utama Inggris itu akan bentrok di Ataturk Olympic Stadium, Istanbul, Turki, 29 Mei mendatang.

Sebelum berlaga di final Liga Champions, keduanya telah melakukan pertandingan  "pemanasan" di pekan ke-35 Liga Utama Inggris, Sabtu malam (8/05). Hasilnya, The Blues Chelsea yang bertandang ke Etihad Stadium berhasil mengalahkan The Sky Blues Manchester City dengan skor tipis  2-1.

Dalam laga itu Manchester City unggul lebih dulu atas Chelsea melalui Raheem Sterling pada menit ke-44. Keunggulan Manchester City bertahan sampai  babak pertama usai.

Kurang dari 20  menit setelah babak kedua dimulai, tepatnya pada menit ke-63, bintang Chelsea Hakim Ziyech menyamakan  kedudukan menjadi  1-1. Chelsea balik unggul atas Manchester City menjadi  2-1  setelah Marcos Alonso menjebol gawang Ederson Moraes pada menit ke-90+2.

Dalam waktu yang sudah hampir habis, Manchester City tidak mampu mengejar ketinggalan. Sampai peluit wasit dibunyikan tanda pertandingan berakhir, kedudukan tetap 2-1 untuk keunggulan Chelsea.

Pertandingan  di pekan ke-35 Liga Utama Inggris itu memang bukan pertandingan final Liga Champions UEFA. Namun dari pertandingan itu bisa menjadi gambaran kekuatan kedua tim di final Liga Champions UEFA nanti.

Pelatih Manchester City, Pep Guardiola pun menepis bahwa pertandingan di pekan ke-35 Liga Utama Inggris itu tidak sama dengan final Liga Champions UEFA. Bagi Guardiola, pertandingan Liga Utama Inggris dengan pertandingan Liga Champions adalah dua hal yang berbeda.

Dalam hal ini Guardiola sedang membangun optimisme bagi skuadnya. Memang  seorang pelatih seharusnya seperti itu, membangun optimisme.   

Namun Guardiola juga harus melihat fakta-fakta yang ada. Kekalahan skuadnya dari tim yang berasal dari kota London itu bukan pertama kali. Sebelumnya, pada semi final Piala FA (17/04), Manchester City pun kalah dari tim yang sama dengan skor  tipis  1-0.

Berarti Manchester City mengalami kekalahan beruntun dua kali dari Chelsea. Di sisi lain Chelsea menciptakan brace kemenangan atas Manchester City. Nah, di pertemuan ketiga dengan Manchester City di final Liga Champions UEFA nanti, bukan tidak mungkin Chelsea akan menciptakan hattrick kemenangan.

Apalagi di Liga Champions, Chelsea lebih berpengalaman dibandingkan dengan Manchester City. Chelsea sudah tiga kali menginjakkan kaki di final Liga Champions dengan satu kali juara. Sementara  Manchester City baru pertama  kali masuk ke partai puncak kasta tertinggi kompetisi antar klub Eropa tersebut.

Apalagi statistik menunjukkan bahwa Chelsea mengalami tren positif, tren menaik dalam lima pertandingan terakhirnya. Chelsea hanya sekali seri dan empat kali meraih kemenangan.

Sementara Manchester City mengalami tren yang kurang bagus. Manchester City hanya mampu meraih tiga kali kemenangan dari lima pertandingan terakhirnya. Sisanya  Manchester City mengalami dua kali kekalahan.

Secara keseluruhan, dengan demikian Manchester City kalah segalanya dari Chelsea. Manchester City kalah dua kali beruntun dari Chelsea, kalah pengalaman di Liga Champions dari Chelsea, dan kalah  tren positif dari Chelsea.

Semua itu harus menjadi "lampu kuning" bagi Manchester City. Sebab fakta-fakta keunggulan ada di pihak Chelsea. Manchester City harus berhati-hati menghadapi Chelsea di pertandingan final  Liga Champions UEFA nanti.

Manchester City sesungguhnya memiliki modal besar yang tidak dimiliki oleh Chelsea untuk memenangkan laga final Liga Champions. Modal  besar itu adalah pengalaman sang pelatih, Pep Guardiola di Liga Champions.

Berbicara Liga Champions, Pep Guardiola memang lebih berpengalaman dibandingkan dengan pelatih Chelsea, Thomas Tuchel. Guardiola tercatat pernah dua kali membawa tim yang diasuhnya dulu, Barcelona juara Liga Champions.

Sementara Thomas Tuchel baru mampu membawa tim yang pernah dilatihnya, yakni PSG (Paris  Saint Germain) ke final Liga Champions musim lalu. Namun PSG kalah di final dari Bayern  Munchen.   

Menarik untuk ditunggu, pertarungan antara dua tim terbaik Liga Utama Inggris yang akan bentrok di final Liga Champions nanti. Selain itu juga adu strategi dua pelatih terbaik saat ini akan mewarnai pertandingan final Liga Champions nanti.  

Siapa yang akan lebih unggul, Chelsea atau Manchester City? Kita saksikan saja nanti hasilnya pada 29 Mei 2021.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun