Mohon tunggu...
Wiwin Zein
Wiwin Zein Mohon Tunggu... Freelancer - Wisdom Lover

Tinggal di Cianjur

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Menguak Misteri Malam Lailatul Qadr

4 Mei 2021   21:43 Diperbarui: 5 Mei 2021   08:23 2462
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Lailatul Qadr (sumber : tribunnews.com)

Di bulan Ramadan ada satu malam yang disebut dengan Lailatul Qadr. Lailatul Qadr berarti "malam kemuliaan". Apa  istimewanya?

Dalam QS. 97 : 1-5 disebutkan bahwa Lailatul Qadr atau "malam kemuliaan" itu bernilai lebih baik dari 1.000 bulan. Oleh karena itu Lailatul Qadr disebut pula dengan  sebutan "malam seribu bulan".

Satu malam tapi nilainya lebih dari seribu bulan. Sungguh luar biasa. Tak heran jika umat Islam yang menjalankan ibadah puasa begitu mendambakan mendapatkan Lailatul Qadr.

Namun keberadaan Lailatul Qadr sesuatu yang dirahasiakan, tidak bisa dipastikan kapan, malam tanggal ke berapa di bulan ramadan. Tidak ada satu keterangan pun yang memastikan kapan adanya atau  turunnya Lailatul Qadr. Nabi SAW dan para ulama hanya memberikan "clue" nya. 

Dalam beberapa hadits, Nabi SAW memberikan "clue" dengan menganjurkan kepada  umat Islam untuk mencari Lailatul Qadr di 10 hari terakhir atau di 7 hari terakhir di bulan ramadan. Dalam hadits lainnya beliau lebih spesifik lagi, menganjurkan untuk mencari Lailatul Qadr di malam-malam ganjil di 10 hari terakhir di bulan ramadan.

Berdasarkan apa yang disampaikan Nabi SAW. tersebut, Lailatul Qadr kemungkinan besar turun pada 10 malam terakhir, 7 hari terakhir, atau pada malam-malam ganjil di sepuluh terakhir bulan ramadan. Hal itu tentu "mempermudah" umat Islam mencari keberadaan Lailatul Qadr.

Lantas apa yang harus dilakukan untuk mencari Lailatul Qadr itu? Lailatul Qadr adalah malam penuh kebaikan. Oleh karena itu untuk  bisa mendapatkannya pun harus dengan melakukan banyak kebaikan.

Di malam-malam sebagaimana "clue" dari Nabi  SAW di atas, yakni 10 malam terakhir, 7 hari terakhir, atau pada malam-malam ganjil di sepuluh terakhir bulan ramadan dianjurkan untuk memperbanyak do'a dengan penuh keimanan dan mengharapkan karunia-Nya  yang besar.

Do'a yang dianjurkan Nabi SAW. itu cukup sederhana tapi memiliki makna yang sangat dalam. Do'a yang dimaksud adalah, "Allohumma innaka 'afuwwun tuhibbul 'afwa fa'fu 'annii.

Arti dari do'a tersebut, "Ya Allah, sesungguhnya Engkau Maha Pengampun dan mencintai orang yang meminta ampunan, maka ampunilah aku". Do'a tersebut bisa diamalkan dengan cara membacakannya sebanyak mungkin di malam-malam sebagaimana "clue" dari Nabi  SAW.

Selain banyak membaca do'a di atas, umat Islam yang sedang menjalankan ibadah puasa, yang mengharapkan "ketiban" Lailatul Qadr juga dianjurkan untuk melakukan i'tikaf. I'tikaf adalah diam di dalam masjid dengan niat karena Allah. Bisa juga disertai dengan melakukan aktivitas ibadah lain, seperti shalat, baca al-Qur'an, atau berdzikir.

Namun karena saat ini masih ada wabah covid-19, aktivitas i'tikaf mungkin perlu dibatasi sesuai dengan protokol kesehatan. Hal itu sebagai ikhtiar agar penyebaran virus corona (covid-19) tidak terus meluas.

Bisa juga aktivitas i'tikaf tidak dilakukan sementara waktu. Hal tersebut disebabkan situasi dan kondisi belum aman, masih ada wabah. Pada prinsipnya, walau pun tidak melakukan aktivitas i'tikaf di masjid, melakukan berbagai amalan yang baik tetap bisa dilakukan di rumah.

Lailatul Qadr bisa didapatkan oleh mereka yang bersungguh-sungguh ingin mendapatkannya. Tidak sekedar ada rasa ingin mendapatkan, tapi juga dengan melakukan berbagai upaya untuk menjemputnya. Yakni dengan melakukan berbagai amalan yang dianjurkan Nabi SAW.

Lailatul Qadr ibarat tamu agung, yang kedatangannya tidak tentu kapan. Orang yang ingin kedatangan atau ingin dikunjungi tamu agung, harus mempersiapkan diri untuk menyambutnya dan melakukan aktifitas yang menyenangkan sang tamu agung.

Kalau orang acuh, tak peduli dengan rencana kedatangan tamu agung, jangan harap  sang tamu agung akan datang menghampiri. Artinya kalau orang tidak antusias, tidak bersemangat, dan tidak bersungguh-sungguh menyambut Lailatul Qadr dengan berbagai amalan baik, jangan harap akan mendapat Lailatul Qadr itu.

Lailatul Qadr adalah sesuatu yang abstrak. Secara kasat mata, orang yang mendapatkan Lailatul Qadr dan orang yang tidak mendapatkan Lailatul Qadr mungkin tidak bisa dibedakan. Hanya saja, dalam kehidupan sehari-hari secara relatif bisa dibedakan.

Orang yang mendapatkan Lailatul Qadr, hidupnya penuh kebaikan dan keberkahan. Selain itu orang yang mendapatkan Lailatul Qadr juga bisa jadi hidupnya penuh ketenangan dan kedamaian.  

Sungguh beruntung orang yang mendapatkan Lailatul Qadr. Amalan baik yang dilakukan di malam yang ada Lailatul Qadr di sana akan dihargai dengan kebaikan lebih dari 1.000 bulan.

Seribu bulan kalau dikonversi menjadi hitungan tahun, akan ekuivalen dengan 83.33 tahun. Artinya amalan baik yang dilakukan di malam yang ada Lailatul Qadr di sana akan dihargai dengan 83 tahun lebih.

Satu kali shalat di malam ketika ada Lailatul Qadr, maka ekuivalen dengan shalat selama 83 tahun lebih. Satu kali berdo'a di malam ketika ada Lailatul Qadr, maka ekuivalen dengan berdo'a selama 83 tahun lebih. Begitu pula dengan amalan-amalan baik lainnya akan ekuivalen dengan 83 tahun lebih.

Hanya  saja sekali lagi Lailatul Qadr bersifat rahasia, tidak bisa ditentukan malam kapan, malam  tanggal berapa. Artinya Lailatul Qadr sesuatu yang misteri.

Pesan dari dirahasiakan waktu turunnya Lailatul Qadr adalah agar siapa pun yang menginginkannya harus senantiasa berjaga-jaga dan mempersiapkan diri dengan amalan-amalan baik. Berarti orang yang menginginkan Lailatul Qadr harus berjuang dan berusaha.  Senantiasa aktif, tidak pasif.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun