Intinya mereka berpuasa, tapi mereka tidak bisa menahan diri atau mengendalikan diri dari melakukan perbuatan-perbuatan yang tidak disukai oleh Tuhan. Menggunjing, memfitnah, atau merugikan orang lain tentu termasuk perbuatan yang tidak disukai oleh Tuhan. Â
Oleh karena itu jika umat Islam yang menjalankan ibadah puasa ingin ibadahnya itu "berisi", jangan hanya berfokus memperhatikan dimensi eksoteris puasa saja. Mereka harus pula  memperhatikan dimensi esoteris.
Kalau dianalogikan, mereka yang menjalankan ibadah puasa hanya berfokus memperhatikan dimensi eksoteris dan mengabaikan dimensi esoteris adalah ibarat orang yang susah payah bekerja seharian tapi tidak mendapat upah dari pekerjaan yang dilakukannya itu. Bisa juga dianalogikan dengan orang yang menanam padi, tapi buah padinya kosong tidak berisi.
Sejalan dengan hal tersebut, Nabi SAW. telah mengingatkan bahwa banyak orang yang menjalankan ibadah puasa, tapi mereka tidak mendapatkan apa-apa kecuali lapar dan haus saja. Artinya mereka tidak mendapat pahala sama sekali dari ibadah puasa yang dijalankannya.
Orang-orang yang disebutkan Nabi SAW. di atas adalah mereka yang berpuasa tapi tidak mendapat kebaikan dari ibadah yang dijalankannya itu. Hal itu karena mereka hanya memenuhi dimensi eksoteris dari ibadah puasa, tapi tiidak memenuhi dimensi esoterisnya.
Terrnyata menjalankan ibadah puasa tidak cukup hanya dengan menahan diri dari tidak makan atau minum dan hal lain yang membatalkan puasa. Menjalankan ibadah puasa juga harus dibarengi dengan  menjaga hal lain yang membatalkan pahala puasa. Berarti dimensi eksoteris dan esoteris ibadah puasa harus dijalankan bersama-sama.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H