Ibadah puasa merupakan salah satu syariat Islam yang wajib dijalankan oleh setiap umatnya yang memenuhi kriteria tertentu. Seperti telah mencapai usia baligh (dewasa), berakal, sehat jasmani dan rohani, dan lain-lain.Â
Ibadah puasa sering didefinisikan sebagai ibadah yang bersifat fisik/lahiriyah. Hal itu tidaklah salah, tapi kurang tepat.
Dalam Islam, ibadah puasa dan juga ibadah-ibadah lainnya tidak hanya bersifat fisik/ lahiriyah tapi juga bersifat non-fisik/bathiniyah. Dalam istilah lain, ibadah puasa dan juga ibadah-ibadah lainnya dalam Islam tidak hanya mengandung dimensi eksoteris (lahiriyah) tapi juga mengandung dimensi esoteris (bathiniyah).
Dimensi eksoteris (lahiriyah) adalah dimensi yang berkaitan dengan aspek fiqh. Sedangkan dimensi esoteris (bathiniyah).adalah dimensi yang berkaitan dengan aspek tasawuf.
Dalam menjalankan ibadah puasa, umat Islam pada umumnya terlalu fokus kepada dimensi eksoteris. Sementara itu dimensi esoteris kurang mendapat perhatian yang  cukup serius.
Banyak umat Islam yang menjalankan ibadah puasa sangat memperhatikan dimensi eksoteris dengan senantiasa menjaga puasa dari hal-hal yang membatalkannya. Akan tetapi mereka cenderung mengabaikan dimensi esoteris. Buktinya mereka kurang menjaga ibadah puasa dari hal-hal yang membatalkan pahalanya.
Ada dua hal yang harus digarisbawahi di sini. Pertama, "hal-hal yang membatalkan puasa" dan kedua, "hal-hal yang membatalkan pahala puasa".
"Hal-hal yang membatalkan puasa" adalah berkaitan dengan dimensi eksoteris. Â Sementara "hal-hal yang membatalkan pahala puasa" berkaitan dengan dimensi esoteris.
Mereka yang menjalankan ibadah puasa dengan senantiasa menjaga puasa dari "hal-hal yang membatalkannya", tapi mengabaikan "hal-hal yang membatalkan pahalanya" dari aspek fiqh adalah sah. Akan tetapi dari aspek tasawuf batal. Makna batal di sini adalah mereka tidak mendapat pahala dari ibadah puasa yang dijalankannya.
Mereka yang seperti itu adalah mereka yang mampu menahan diri atau mengendalikan diri dari makan atau minum dan hal-hal lain  yang membatalkan puasa. Namun mereka tidak mampu menahan diri atau mengendalikan diri dari melakukan perbuatan-perbuatan yang bertentangan dengan makna puasa itu  sendiri.
Mereka berpuasa, tapi mereka tidak bisa menahan amarah. Mereka berpuasa, tapi mereka tidak bisa menahan diri dari menggunjing dan memfitnah orang. Mereka berpuasa, tapi mereka tidak bisa berhenti menyakiti orang. Dan lain-lain.
Intinya mereka berpuasa, tapi mereka tidak bisa menahan diri atau mengendalikan diri dari melakukan perbuatan-perbuatan yang tidak disukai oleh Tuhan. Menggunjing, memfitnah, atau merugikan orang lain tentu termasuk perbuatan yang tidak disukai oleh Tuhan. Â
Oleh karena itu jika umat Islam yang menjalankan ibadah puasa ingin ibadahnya itu "berisi", jangan hanya berfokus memperhatikan dimensi eksoteris puasa saja. Mereka harus pula  memperhatikan dimensi esoteris.
Kalau dianalogikan, mereka yang menjalankan ibadah puasa hanya berfokus memperhatikan dimensi eksoteris dan mengabaikan dimensi esoteris adalah ibarat orang yang susah payah bekerja seharian tapi tidak mendapat upah dari pekerjaan yang dilakukannya itu. Bisa juga dianalogikan dengan orang yang menanam padi, tapi buah padinya kosong tidak berisi.
Sejalan dengan hal tersebut, Nabi SAW. telah mengingatkan bahwa banyak orang yang menjalankan ibadah puasa, tapi mereka tidak mendapatkan apa-apa kecuali lapar dan haus saja. Artinya mereka tidak mendapat pahala sama sekali dari ibadah puasa yang dijalankannya.
Orang-orang yang disebutkan Nabi SAW. di atas adalah mereka yang berpuasa tapi tidak mendapat kebaikan dari ibadah yang dijalankannya itu. Hal itu karena mereka hanya memenuhi dimensi eksoteris dari ibadah puasa, tapi tiidak memenuhi dimensi esoterisnya.
Terrnyata menjalankan ibadah puasa tidak cukup hanya dengan menahan diri dari tidak makan atau minum dan hal lain yang membatalkan puasa. Menjalankan ibadah puasa juga harus dibarengi dengan  menjaga hal lain yang membatalkan pahala puasa. Berarti dimensi eksoteris dan esoteris ibadah puasa harus dijalankan bersama-sama.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H