Menyimak dari apa yang disampaikan oleh Darmizal dan Moeldoko nampaknya ada sebuah kesesuaian. Antara Moeldoko dan Darmizal, serta sejumlah kader Partai Demokrat memang pernah melakukan komunikasi yang cukup intens.
Dalam hal ini tuduhan yang disampaikan oleh AHY kepada Moeldoko dan Darmizal, Â serta yang lainnya tentu didukung oleh data-data yang telah AHY dan pengurus Partai Demokrat lain kumpulkan. Sehingga kemudian sampai kepada kesimpulan bahwa Moeldoko dan Darmizal, Â serta yang lainnya memang patut diduga sebagai dalang kudeta terhadap kepemimpinan AHY.
Sebagai seorang Ketua Umum partai politik yang cukup besar, AHY tidak mungkin gegabah menyampaikan sesuatu yang tidak didukung oleh sejumlah data. Kredibilitas dan wibawa AHY dan Partai Demokrat sendiri akan dipertaruhkan jika AHY berkata asbun. Â
Masalahnya, apakah AHY akan mampu mengelola isu kudeta tersebut sehingga dirinya bisa selamat dari kudeta dan partai yang dipimpinnya itu tetap kondusif? Seharusnya bisa, sebab isu kudeta tersebut sudah dibuka ke hadapan publik. Â
Berbeda halnya jika isu kudeta tersebut tidak dibuka ke hadapan publik. Mungkin kudeta yang dikhawatirkan akan benar-benar terjadi.
Dalam hal ini AHY bisa belajar kepada Tommy Soeharto dengan Partai Berkarya nya. Kalau tidak hati-hati, bukan tidak mungkin Partai Demokrat bernasib seperti Partai Berkarya yang diambil alih oleh Muchdi PR secara diam-diam.
Sebagaimana diketahui bersama, waktu itu sejumlah kader Partai Berkarya mengadakan Munaslub secara diam-diam di rumah mantan Danjen Kopassus Muchdi PR. Mereka mengklaim Munaslub tersebut telah sesuai AD/ART. Atas dasar itu pemerintah melalui Kementerian Hukum dan HAM kemudian mengeluarkan SK kepengurusan Partai Berkarya di bawah kepemimpinan Muchdi PR.
Tommy Soeharto pun tidak bisa berbuat banyak. Partai Berkarya lepas dari tangannya.
Mengantisipasi jangan sampai apa yang terjadi di Partai Berkarya tidak terjadi pula di Partai Demokrat, mungkin AHY perlu segera melakukan "bersih-bersih". Langkah ini harus dilakukan sesegera mungkin. Â Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H