Kabar diberhentikannya Frank Lampard sebagai pelatih Chelsea pada Senin malam (25/01) mungkin masih menyisakan perasaan sedih sekaligus mengagetkan bagi banyak fans Chelsea dan fans Lampard sendiri. Hal itu wajar, sebab Lampard adalah idola dan legenda Chelsea. Selain itu, Lampard juga bisa dibilang belum gagal menangani Chelsea.
Ukuran sukses atau gagal, sesungguhnya tidak fair jika dilakukan ketika masih sedang dalam proses. Ukuran sukses atau gagal itu biasanya di akhir. Dalam hal ini kompetisi Liga Utama Inggris baru berjalan setengahnya, belum selesai.
Posisi Chelsea yang cukup jauh dari puncak klasemen masih sangat mungkin berubah. Bukan hal yang tidak mungkin jika Big Boss Chelsea Roman Abramovich masih terus memberikan kesempatan dan kepercayaan kepada Frank Lampard, Chelsea akan finish di puncak klasemen akhir Liga Utama Inggris. Â Â
Akan tetapi ukuran sukses atau gagal yang lazim bagi banyak orang mungkin tidak berlaku bagi Big Boss Chelsea Roman Abramovich. Roman Abramovich punya definisi sendiri tentang sukses atau gagal.
Bagi Roman Abramovich, definisi sukses bisa berarti jika sesuai dengan ekspektasi dirinya. Sebaliknya, definisi gagal bisa berarti jika tidak sesuai dengan ekspektasi dirinya.
Dalam kasus Frank Lampard juga begitu. Walaupun Lampard belum bisa dikatakan gagal, tapi karena tidak sesuai dengan ekspektasi Sang Big Boss, maka Lampard harus menerima kenyataan pahit : dipecat!
Kesimpulan bahwa Abramovich memiliki definisi sendiri tentang sukses atau gagal, tidak hanya bisa dilihat dari kasus Lampard. Para pelatih sebelum Lampard juga bisa dijadikan rujukan.
Dalam hal ini secara relatif bisa dikatakan bahwa para pelatih Chelsea sebelum Lampard dan termasuk Lampard sendiri dipecat bukan karena gagal, tapi karena mereka tidak bisa memenuhi ekspektasi Roman Abramovich.
Hal itu bisa dilihat dari kasus Jose Mourinho misalnya. Mourinho bisa disebut pelatih Chelsea tersukses sepanjang masa. Selama melatih Chelsea, Mourinho mampu mempersembahkan 6 trofi bagi Chelsea.
Sekali pun Mourinho cukup sukses menangani Chelsea, tetapi hal itu tidak mampu menyelamatkan dirinya dari "kekejaman" Abramovich. Bahkan Abramovich sampai dua kali melakukan pemecatan terhadap diri Mourinho (karena Mourinho dua kali melatih Chelsea).
Pelatih Chelsea selain Mourinho juga demikian. Seperti Carlo Ancelotti. Walau pun Ancelotti mampu memberikan Chelsea trofi Piala FA dan Premier League, tetapi karena penampilan Chelsea kurang sesuai dengan ekspektasi Abramovich, Ancelotti harus rela jika pada akhirnya dirinya dipecat.
Pelatih Chelsea yang lain, Roberto Di Matteo pun begitu. Padahal Di Matteo merupakan satu-satunya pelatih Chelsea yang mampu memenangi trofi Liga Champions (musim 2011-2012) yang sangat diidamkan Roman Abramovich sendiri. Namun Abramovich tak memberi ampun kepada Di Matteo ketika Chelsea tampil buruk tak sesuai ekspektasinya.
Rafael Benitez, pelatih Chelsea berikutnya juga nasibnya tak berbeda jauh dengan Mourinho, Ancelotti, atau Di Matteo. Benitez dipecat Abramovich hanya karena Chelsea  gagal bersaing dengan Manchester United. Padahal Benitez telah memberi Chelsea trofi Liga Eropa (musim 2012-2013).
Bahkan tidak hanya Mourinho, Ancelotti, Di Matteo, Benitez, atau Lampard, tapi semua pelatih Chelsea era Roman Abramovich ternyata semuanya berakhir di Stamford Bridge karena dipecat Sang Big Boss. Claudio Ranieri, Avram Grant, Luiz Felipe Scolari, Andre Villas-Boas, Antonio Conte, dan Maurizio Sarri juga merupakan korban pemecatan yang dilakukan Abramovich.
Roman Abramovich adalah penentu tertinggi di Chelsea. Semua keputusan ada di tangannya.
Jadi dengan demikian, dalam kasus dipecatnya Frank Lampard hanyalah masalah waktu saja. Kalau pun Lampard tidak dipecat hari ini, esok atau lusa pada akhirnya pasti akan dipecat pula. Fakta empiris adalah rujukan sahih tentang hal itu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H