Mohon tunggu...
Wiwin Zein
Wiwin Zein Mohon Tunggu... Freelancer - Wisdom Lover

Tinggal di Cianjur

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Vaksin Hadir, Pandemi Covid-19 Akan Berakhir?

10 Desember 2020   08:03 Diperbarui: 10 Desember 2020   08:16 134
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sejauh ini setidaknya tercatat sudah ada tujuh vaksin corona yang telah dikembangkan oleh beberapa perusahaan farmasi atau bioteknologi yang ada di lima negara, yaitu Inggris, Rusia, Amerika Serikat, Jerman, dan Cina.

Tujuh vaksin corona dimaksud adalah Vaksin AstraZeneca, Vaksin Sputnik V, Vaksin Johnson & Johnson, Vaksin Moderna, Vaksin Pfizer, Vaksin Sinopharm, dan Vaksin CoronaVac.  

Vaksin AstraZeneca dikembangkan oleh raksasa farmasi Inggris dan Universitas Oxford, Inggris dan Vaksin Sputnik V dikembangkan oleh Institut Gamaleya, Rusia. Sementara itu Vaksin Johnson & Johnson, Vaksin Moderna, dan Vaksin Pfizer ketiganya dikembangkan oleh tiga perusahaan farmasi Amerika Serikat berbeda.

Vaksin Johnson & Johnson dikembangkan oleh perusahaan obat Johnson & Johnson, Vaksin Moderna dikembangkan oleh perusahaan biofarmasi Moderna Inc., dan Vaksin Pfizer dikembangkan oleh perusahaan biofarmasi terkemuka Pfizer.Vaksin yang disebut terakhir dikembangkan bekerja sama dengan perusahaan jerman BioNTech.

Sedangkan Vaksin Sinopharm dan Vaksin CoronaVac, keduanya dikembangkan oleh dua perusahaan bioteknologi Cina. Vaksin Sinopharm dikembangkan oleh CNBG (China National Biotec Group) Sinopharm, sementara Vaksin CoronaVac dikembangkan oleh Sinovac Biotech Ltd. Oleh karenanya Vaksin CoronaVac populer juga dengan sebutan Vaksin Sinovac.

Mengenai tingkat efektivitas dalam melawan virus corona, ketujuh vaksin itu, sebagaimana dilansir dari banyak sumber berbeda-beda satu sama lain. Vaksin AstraZeneca misalnya, disebut memiliki tingkat efektivitas sebesar 70%.

Kemudian tingkat efektivitas Vaksin Sputnik V sebesar 92%, Vaksin Moderna sebesar 94,5%, Vaksin Pfizer sebesar 90%, Vaksin Sinopharm sebesar 86%, dan Vaksin CoronaVac atau Vaksin Sinovac sebesar 97%.

Vaksin-vaksin di atas sampai saat ini memang belum semuanya fixed bisa digunakan karena masih dalam proses "finishing". Vaksin-vaksin itu juga belum tentu sepenuhnya aman digunakan. Tapi paling tidak vaksin-vaksin itu telah membawa angin segar dan harapan, serta mengurangi kehawatiran masyarakat dunia.

Indonesia sebagai salah satu negara yang tidak luput dari pandemi Covid 19 sesungguhnya telah mencoba pula untuk mengembangkan vaksin corona. Pemerintah menggandeng Lembaga Eijkman, LIPI (Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia), Universitas Indonesia, Universitas Gadjah Mada, Universitas  Airlangga, dan ITB (Institut Teknologi Bandung) untuk meneliti dan mengembangkan vaksin corona.

Keenam lembaga itu ditugaskan untuk meneliti dan mengembangkan vaksin corona dengan platform yang berbeda-beda, tetapi tujuannya sama. Yakni melahirkan vaksin corona bernama Vaksin Merah Putih, yang mengedepankan keamanan dan keefektifan, sehingga memenuhi kebutuhan dan menjadi solusi bagi 270 juta penduduk Indonesia.

Akan tetapi Vaksin Merah Putih ini sepertinya baru akan siap diproduksi akhir tahun 2021. Sementara kebutuhan akan vaksin corona sudah sangat mendesak. Oleh karenanya sebagai solusi, mau tidak mau Inndonesia harus  mendatangkan vaksin yang telah diproduksi oleh negara lain.

Pemerintah Indonesia dalam hal ini telah melakukan tindakan antisipasi dengan mendatangkan salah satu vaksin dikembangkan dan diproduksi oleh Sinovac Biotech Ltd., yakni Vaksin CoronaVac atau Vaksin Sinovac. Pemerintah Indonesia memilih vaksin tersebut karena mungkin dinilai "lebih cocok" bagi masyarakat Indonesia.

Bahkan Minggu (6/12) sekira pukul 21.30 WIB, vaksin dimaksud dikabarkan telah tiba di Indoensia. Sementara indonesia baru memesan 1,2 juta dosis vaksin. Kabar tersebut tentu merupakan sebuah kabar baik dan menggembirakan.

Akan tetapi vaksin CoronaVac atau Vaksin Sinovac tersebut tidak serta merta bisa langsung digunakan. Sebab harus melalui serangkaian pengujian oleh BPOM (Badan Pengawas Obat dan Makanan) dan MUI (Majlis Ulama Indonesia) terlebih dahulu.

Kendati demikian, dengan hadirnya vaksin CoronaVac atau Vaksin Sinovac tersebut  sudah menjadi sebuah asa baru. Hal itu juga akan mengurangi kekhawatiran dan kegundahan pemerintah dan rakyat Indonesia.

Apakah dengan ditemukannya beberapa vaksin itu pandemi Covid 19 yang telah hampir satu tahun "menginvasi" masyarakat dunia akan berakhir ? Harapan kita dan siapa saja tentu demikian.

Profesor Ugur Sahin, Kepala Eksekutif BioNTech, perusahaan yang bekerjasama dengan Pfizer, produsen vaksin Pfizer optimis bahwa vaksinnya bisa menghentikan pandemi. Pihak Pfizer dan BioNTech sendiri menyebut vaksin yang mereka kembangkan telah melampaui ekspektasi pada uji klinis tahap 3, 90 persen efektif mencegah gejala virus corona (covid 19).

Menurut Sahin, Vaksin Pfizer yang mereka kembangkan disebutnya mampu menghalangi virus corona mendapat akses masuk ke sel-sel manusia. Bahkan seandainya virus tetap menemukan jalan masuk, sel-T akan memusnahkannya.

Apa yang disampaikan Sahin dan pihak Pfizer/BioNTech tentu sebuah hal yang  menggembirakan. Akan tetapi kita harus memahami pula bahwa mereka adalah produsen vaksin. Seperti halnya produsen obat, tentu akan menyebut obat yang diproduksinya sebagai obat yang terbaik, paling manjur dan mujabarab.

Dalam hal ini organisasi kesehatan dunia WHO (World Health Organiztion) mengingatkan bahwa vaksin bukan "senjata tunggal" untuk mengakhiri pandemi. Vaksin hanya jadi salah satu alat untuk mengendalikan penyebaran virus.

Peringatan yang disampaikan WHO bisa dipahami supaya tidak ada euforia dengan adanya vaksin corona. Sebab vaksin tidak bisa berdiri sendiri, membutuhkan waktu, tidak bisa seketika menghilangkan pandemi. Oleh karena itu protokol kesehatan tetap penting untuk selalu dijalankan dalam kehidupan sehari-hari.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun