Tiba-tiba Bang Joni mendengar suara tangisan bayi dari arah belakang. Bang Joni kaget bukan main. Tengkuknya terasa menebal.
Dalam keadaan badan gemetar, Bang Joni menoleh ke arah suara sambil tetap komat-kamit baca do'a. Akan tetapi Bang Joni tak melihat apa pun, sebab keadaan memang gelap gulita.
Suara tangisan bayi semakin keras terdengar. Saking takutnya, walau pun dalam keadaan gelap gulita tanpa pikir panjang Bang Joni langsung ambil langkah seribu.
Baru beberapa saat berlari, kepala Bang Joni terantuk sebuah benda. "Wadaww...!", Bang Joni berteriak kesakitan. Gubrak, ia terjatuh.
Dalam keadaan pusing dan kesakitan Bang Joni meraba bagian kepala yang terbentur tadi. Seperti muncul benda sebesar telur bebek di sana.
Bang Joni kemudian bangkit, lalu berlari kembali dengan tanpa arah. Akan tetapi hal yang sama terjadi. Kepala Bang Joni kembali terbentur sebuah benda.
Bang Joni kembali terjatuh sambil berteriak kesakitan. Bang joni merasa kepalanya pusing, berputar-putar tujuh keliling.
Dalam keadaan terduduk, tak sengaja Bang Joni meraba sebuah benda keras berbentuk bulat sebesar buah kelapa. Tangan Bang Joni terus meraba-raba benda itu, seperti ada dua lobang sebesar buah terong di salah satu sisi benda itu.
Bang Joni sedikit bertanya-tanya dalam hati, benda apa gerangan yang ada di hadapannya. Seketika Bang Joni ingat sesuatu. Jantung Bang Joni berdenyut lebih keras,
"Jangan-jangan....", bisiknya dalam hati. "Tengkoraaaakkk...! Tiba-tiba Bang Joni berteriak histeris.
Bang Joni merasa badannya lemah lunglai. Tangan dan kakinya kaku tak bisa digerakkan.