Amien Rais justru ingin memberikan pendidikan politik yang baik kepada internal PAN khususnya, bahwa harus ada sirkulasi dalam kepemimpinan. Amien Rais ingin ada tradisi jabatan ketua umum PAN hanya dijabat satu kali oleh orang yang sama.
Oleh karena itu ketika Zulkifli Hasan maju kembali dalam bursa pemilihan ketua umum PAN untuk kedua kalinya dalam kongres ke-5 PAN di Kendari, Amien Rais tidak merestuinya. Amien Rais lebih memilih mendukung calon ketua umum yang baru, yakni Mulfachri Harahap. Sayang calon ketua umum PAN yang didukung oleh Amien Rais itu kalah dari Zulkifli Hasan.
Hal itu pula salah satu faktor yang menyebabkan Amien Rais marah, karena Zulkifli Hasan dianggap  telah melanggar tradisi ketua umum di PAN yang telah berjalan selama ini. Di sisi lain Zulkifli Hasan berhasil "menciptakan sejarah", karena sebelumnya di PAN tidak pernah ada ketua umum yang menjabat sampai dua kali.
Sampai kapan Amien Rais akan terus berkiprah dalam kancah politik dan mengurus partai politik ? Tak ada seorang pun tahu. Mungkin saja bagi Amien Rais politik adalah pengabdian sepanjang hayat.
Seandainya nanti partai politik baru yang disebut-sebut sebagai PAN Reformasi benar-benar ada, apakah Amien Rais berambisi untuk menahkodai partai baru itu ? Sepertinya tidak.
Secara objektif mungkin bisa dikatakan bahwa Amien Rais adalah seorang yang sangat demokratis. Kalau lah Amien Rais seorang yang haus kekuasaan, ia tentu tak harus membentuk partai baru. Mengapa tidak PAN saja terus ia kuasai dari dulu dengan menjadi ketua umum terus menerus sampai kini.
Kalau lah Amien Rais seorang yang haus kekuasaan, ia juga tak akan membuat sebuah tradisi "hanya satu kali jabatan" ketua umum di PAN. Faktanya Amien Rais tidak seperti itu.
Seandainya nanti partai politik baru yang disebut-sebut sebagai PAN Reformasi benar-benar terbentuk, hampir bisa dipastikan Amien Rais tak akan menjadi ketua umum partai itu. Agung Mozin, salah seorang loyalis Amien Rais pernah menyatakan bahwa Amien Rais justru menghendaki partai dipimpin oleh orang-orang muda. Artinya tak mungkin jika Amien Rais akan mendudukkan diri menjadi ketua umum partai.
Keterlibatan tokoh-tokoh tua dalam politik dan partai politik tidak bisa dibaca sebagai bentuk dari watak "haus kekuasaan" atau "menghambat regenerasi". Kalau dibaca seperti itu, bagaimana dengan Megawati Soekarnoputri, atau Prabowo Subianto ?
Biarkanlah tokoh-tokoh tua memberikan kontribusinya dalam perpolitikan nasional. Mudah-mudahan semangat para tokoh tua itu menjadi inspirasi bagi generasi yang lebih muda. Usia bukanlah penghalang bagi sebuah pengabdian.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H