Sangat manusiawi jika seorang majikan menginginkan pembantunya memiliki kinerja dan loyalitas yang baik. Sebaliknya masuk akal pula jika seorang majikan jengkel dan marah kepada pembantunya ketika sang pembantu berkinerja buruk, sehingga banyak pekerjaan yang terbengkalai tidak terselesaikan.
Bagaimana jika sang majikan sampai mengganti atau memecat sang pembantunya yang berkinerja buruk dan sering malas-malasan ? Tentu bukan sesuatu yang dipersalahkan pula. Sebab maksud sang majikan mempekerjakan sang pembantu adalah untuk meringankan pekerjaanya.
Kalau sang pembantu tidak memberikan kontribusi yang diharapkan atau malah membebani sang majikan, tentu sangat wajar dan pantas jika ia diganti. Setelah itu sang majikan bisa mencari lagi penggantinya yang lebih baik dan bisa menyelesaikan pekerjaan-pekerjaan sang majikan.
Dalam konteks ini Presiden jokowi tidak cukup hanya merasa jengkel, marah, dan menebar ancaman saja kepada para menterinya. Tetapi ia harus segera merealisasikan ancamannya itu mumpung pemerintahan baru berjalan beberapa bulan saja. Kalau ditunggu sampai nanti, maka para menteri yang berkinerja tidak sesuai ekspektasi malah menjadi beban bagi pemerintahan Jokowi-Ma'ruf Amin sendiri.
Dalam hal ini saya sebagai seorang warga negara punya satu permintaan kepada Presiden Jokowi : Tolong jangan reshuffle kabinet... dalam waktu lama. Reshuffle lah kabinet secepat dan sesegera mungkin.
Tetapi presiden Jokowi tidak boleh melakukan kesalahan yang sama. Yakni memilih para pembantunya secara tidak tepat. Pilihlah para tokoh yang benar-benar memiliki kompetensi dan loyalitas yang baik, yang siap mengabdikan diri kepada bangsa dan  negara.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H