Hal yang ironis justeru terjadi di sekolah dasar tempat anak-anak saya sekolah. Beberapa guru mengeluh karena banyak siswa di sana yang berusia 1-2 tahun lebih tua dari anak-anak saya waktu di sekolah dasar, walaupun sudah kelas 4 atau 5 sekali pun tidak sedikit dari mereka bahkan belum bisa membaca dan menulis. Apalagi menyerap pelajaran dengan baik, mereka susahnya minta ampun..
Mungkin ada sebagian orang yang menyebut saya sebagai orang tua yang "kejam" karena menyekolahkan anak-anaknya saat berusia masih lima tahun. Boleh-boleh saja. Â Tapi mari kita bahas masalah ini dengan sedikit ilmiah.
Ada sebagian orang yang mengatakan bahwa menyekolahkan anak di usia "belum cukup umur" sama dengan merampas masa kecil atau masa-masa indah bermain anak. Bagi saya ini tidak masuk akal. Memangnya dengan memasukan anak ketika masih berusia lima tahun serta merta anak tidak boleh bermain atau tidak bisa bermain karena sangat terfokus untuk belajar ?
Bahkan bagi saya justeru kelas-kelas awal sekolah dasar, yakni antara kelas 1-3 tak ada bedanya dengan anak PAUD atau TK. Â Di kelas-kelas awal itu mereka tidak banyak menyerap pengetahuan, hanya "bermain" saja. Baru setelah menginjak kelas 4-6, mereka bisa dikatakan belajar karena sudah bisa menyerap pengetahuan dengan baik. Â Â
Kemudian untuk apa anak bersekolah ? Bukankah salah satu indikator seseorang berhasil di sekolahnya adalah memiliki prestasi akademik atau prestasi lainnya ? Dengan demikian, ketika ada anak yang dipandang "belum cukup umur" tapi memiliki prestasi yang bagus kemudian dipermasalahkan, bagi saya merupakan hal yang absurd.
Dasar penentuan (atau keharusan ?) usia masuk sekolah (dasar) tujuh tahun juga perlu dikaji ulang. Ada sebagian orang mengatakan bahwa usia masuk sekolah tujuh tahun itu bertujuan agar anak tidak terganggu mental atau jiwanya. Sebab jika anak yang "belum cukup umur" disekolahkan akan terganggu mental atau jiwanya menjadi hampa. Bagi saya ini perlu ada penelitian ilmiah. Â
Masalah mental atau jiwa yang hampa menurut saya bisa dialami oleh siapa saja. Baik oleh mereka yang "belum cukup umur" atau oleh mereka yang "sudah cukup umur". Masalah mental atau jiwa adalah sesuatu yang abstrak, susah mengukur dan memastikan faktor penyebabnya.
Banyak faktor yang menyebabkan seseorang mengalami masalah mental atau kejiwaan. Dalam hal ini, justeru sampai saat ini saya belum menemukan satu pun dalam buku-buku psikologi yang menyebutkan bahwa seseorang mengalami masalah mental atau kejiwaan karena ia masuk sekolah ketika "belum cukup umur".
Itulah pandangan saya terkait maslah usia sekolah, berdasarkan pengalaman yang saya alami sendiri. Pandangan yang empiris, bukan teoritis.
Mungkin saya berbeda pandangan dengan sebagian orang. Tidak masalah. Tidak ada ketentuan pula bahwa orang harus memiliki pandangan yang sama.
Akan tetapi pandangan atau perspektif yang baik tentu harus didasarkan kepada argumentasi yang logis dan "metodelogi" yang baik. Kalau tidak, pandangan atau perspektif itu tidak bisa dipertanggungjawabkan.