Para penumpang "perahu" pun bongkar pasang, keluar masuk. Ada yang pindah ke "perahu" lain, ada yang memang keluar dari "perahu". Penumpang baru pun banyak, mencoba mengarungi samudera perpolitikan Indonesia dengan naik "perahu" PAN.
"Perahu" PAN yang dibuat oleh Amien Rais dan dibantu tokoh-tokoh hebat itu telah ikut mewarnai "samudera" perpolitikan Indonesia. Dengan "perahu" PAN itu pula banyak penumpang bisa merasakan manisnya "kue" kekuasaan. Baik di eksekutif maupun di legislatif.
Waktu terus berlalu. Amien Rais sang pembuat "perahu" semakin menua dan melemah kekuatannya. Ia tidak sekuat dan sehebat waktu membuat "perahu" pada tahun 1998 lalu. Kemudian terjadilah sebuah ironi.
Dalam kondisi sang pembuat "perahu" seperti itu, para penumpang banyak yang menjadi lupa diri. Sebagian dari mereka bahkan menciptakan sebuah kondisi agar sang pembuat "perahu" tidak betah ada di dalam "perahu". Mereka kurang menghargai lagi kepada sang pembuat "perahu", malah ada yang terkesan kurang ajar.
Mereka lupa akan jasa dan peran sang pembuat "perahu" yang telah menghantarkan mereka ke posisi yang nyaman dan terhormat. Amien Rais sang pembuat "perahu" terabaikan atau sengaja diabaikan.
Akhirnya Amien Rais sang pembuat "perahu" benar-benar merasa tidak nyaman berada di dalam "perahu" yang ia desain dan ia buat sendiri. Ia bermaksud keluar dari "perahu" itu dan menurut isu akan membuat "perahu" yang  baru. Â
Tapi kalau lah isu itu benar, bisa dipastikan bahwa "perahu" baru yang akan ia buat tidak akan sebagus, secantik, dan sekokoh "perahu" yang ia buat dulu pada tahun 1998 lalu. Hal itu mengingat Amien Rais yang sekarang bukan Amien Rais yang dulu. Kini sang pembuat "perahu" sudah melemah, menua, tidak sekuat dan sehebat dulu.
Selain itu orang-orang yang akan membantu membuat "perahu" saat ini bukanlah nama-nama besar. Berbeda dengan orang-orang yang dulu membantunya membuat "perahu" pada tahun 1998, yang merupakan orang-orang kelas satu dalam bidangnya masing-masing.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H