Mohon tunggu...
Wiwin Zein
Wiwin Zein Mohon Tunggu... Freelancer - Wisdom Lover

Tinggal di Cianjur

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Amien Rais, Sang Pembuat "Perahu" yang Kini Terabaikan

11 Mei 2020   00:30 Diperbarui: 11 Mei 2020   10:30 1295
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kisruh yang terjadi di internal PAN (Partai Amanat Nasional) saat ini membuat saya kembali teringat awal terbentuknya partai itu tahun 1998. Saya bukan pendiri PAN. Tapi waktu itu saya memantau dari berbagai media bagaimana lika-liku terbentuknya PAN dan ikut merasakan "suasana kebatinan" waktu itu.

Dalam konteks politik, sebuah partai politik sering dimetaforakan sebagai sebuah perahu. Para pengurus atau anggota adalah para penumpangnya. Dengan demikian di sini saya akan menggunakan metafora itu untuk PAN dan para pengurus atau anggotanya.

Pada tahun 1998 pasca reformasi yang ditandai dengan mundurnya Presiden Soeharto pada tanggal 21 Mei 1998, seorang bernama Amien Rais yang menjadi "otak" dan pelopor reformasi mempunyai ide membuat sebuah "perahu" yang bisa menjadi kendaraan banyak orang dari latar belakang yang heterogen. Ia tidak ingin "perahu" itu hanya dinaiki oleh sekelompok orang yang berasal dari latar belakang yang homogen..

Saat itu Amien Rais memilki modal yang sangat memadai untuk membuat "perahu". Selain sebagai seorang akademisi yang familiar di kalangan mahasiswa dan memiliki kemampuan menggerakkan mereka, Amien Rais juga memiliki basis massa pendukung cukup banyak. Basis massa itu berasal dari ormas Muhammadiyah yang dipimpinnya waktu itu.

Modal lain yang tak kalah pentingnya adalah modal sosial, modal popularitas. Waktu itu siapa yang tidak kenal nama Amien Rais ? Anak kecil pun pasti tahu.

Ide Amien Rais membuat "perahu" disokong penuh oleh banyak tokoh yang memiliki nama besar. Mereka itu adalah kaum intelektual, akademisi, aktivis, profesional, mantan tentara, tokoh agama, dan lain-lain. Beberapa nama bisa disebut seperti AM Fatwa, Faisal Basri, Rizal Ramli, Albert Hasibuan, Goenawan Muhammad, Zoemrotin, Emil Salim, Abdilah Toha, Alvin Lie, dan lain-lain.

Mereka menyokong penuh ide Amien Rais untuk membuat "perahu", yang kemudian disepakati diberi nama PAN (Partai Amanat Nasional). "Perahu" ini terlihat cukup bagus, cantik, dan kokoh. Hal itu ditambah dengan para penumpangnya yang hebat-hebat, plural, heterogen, dan mumpuni dalam bidangnya masing-masing.

Pada tahun 1999, untuk pertama kalinya "perahu" PAN berlayar ke "samudera" Pemilu (Pemilihan Umum). Ternyata di luar ekspektasi. Perolehan "ikan" (suara) yang bisa ditangkap oleh para penumpang "perahu" tidak cukup banyak, hanya kisaran 7 persen saja dari total perolehan "ikan" (suara) secara nasional.  

Tapi itu tidak buruk. Sebab walau pun dengan perolehan "ikan" hanya sebanyak itu, beberapa pembuat "perahu" dan banyak penumpang "perahu" bisa menikmati "kue" kekuasaan. Termasuk sang pembuat "perahu", Amien Rais.

Kemudian waktu berlalu. Beberapa pembuat "perahu" yang membantu Amien Rais ada yang minta turun, keluar dari "perahu". Faisal Basri misalnya. Ia hanya sekitar empat tahun naik "perahu" PAN itu.

Selain Faisal Basri, ada beberapa nama pembuat "perahu" lain yang juga minta turun, keluar dari "perahu". Mereka kembali ke habitatnya masing-masing. Seperti Faisal Basri, ia kembali ke kampus, kembali menjadi peneliti, dan juga ekonom.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun