Mohon tunggu...
Wiwin Zein
Wiwin Zein Mohon Tunggu... Freelancer - Wisdom Lover

Tinggal di Cianjur

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Membayangkan Ramadhan dalam Suasana Berbeda

5 April 2020   23:56 Diperbarui: 15 April 2020   19:01 462
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bulan Ramadhan sebentar lagi tiba. Kalau melihat kalender, awal Ramadhan akan jatuh pada tanggal 24 April 2020. Berarti kurang dari 2 minggu lagi. Tapi kepastiannya seperti biasa menunggu keputusan sidang rukyat hilal Kementerian Agama.

Bulan Ramadhan tahun ini dipastikan akan sangat berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, mengingat bulan Ramadhan tahun ini masih dalam masa darurat bencana wabah virus Corona (Covid-19). 

Sebagaimana telah ditetapkan oleh BNPB (Badan Nasional Penanggulangan Bencana) bahwa masa darurat bencana wabah virus Corona (Covid-19) dimulai tanggal 29 Februari sampai dengan 29 Mei 2020.

Imbauan pemerintah agar masyarakat melakukan social distancing atau physical distancing tentu masih berlaku. Termasuk dalam kegiatan-kegiatan keagamaan.

Bahkan di website NU telah beredar imbauan dari PBNU (Pengurus Besar Nahdlatul Ulama) agar umat Islam melakukan shalat tarawih dan idul Fitri tidak berjamaah di masjid, tapi di rumah masing-masing. 

Imbauan itu disampaikan dalam Surat Instruksi PBNU Nomor 3945/C.I.34/03/2020 tentang Protokol NU Peduli Covid-19 dan Surat Instruksi Nomor 3952/C.I.34/03/2020 pada 3 Maret 2020 atau 9 Sya'ban 1441 H.

Imbauan PBNU itu tentu selaras dengan protokol pencegahan penyebaran Covid-19 yang ditetapkan oleh pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Termasuk dengan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang disampaikan oleh presiden Jokowi beberapa hari yang lalu.

Semarak dan khasnya bulan Ramadhan di antaranya karena ada shalat tarawih di malam hari dan adanya shalat Idul Fitri di hari pertama bulan Syawal. Sementara pada tahun ini tidak bisa dilaksanakan sebagaimana biasa. Hal itu tentu akan terasa aneh dan hambar.

Biasanya sebelum waktu Isya pada malam hari bulan Ramadhan orang-orang sudah berangkat dari rumah masing-masing menuju masjid untuk melaksanakan shalat Isya dan tarawih. Mereka berdesak-desakan memenuhi ruang masjid. Anak-anak ikut "meramaikan" suasana.

Terkadang kapasitas masjid menjadi tidak cukup, meluber sampai ke luar. Padahal di bulan lain masjid mampu menampung para jamaahnya. Suasana seperti itu mungkin tidak akan terlihat pada bulan Ramadhan tahun ini.

Setelah shalat Subuh, kegiatan lain yang biasa dilakukan adalah kuliah Subuh. Terutama anak-anak dan remaja yang masih sekolah, mereka akan sangat antusias mengikuti kegiatan kuliah subuh. Mereka berdesak-desakan menyimak dan mendengarkan narasumber yang sedang menyampaikan taushiyahnya.

Setelah selesai kuliah subuh, mereka para anak dan remaja akan menikmati suasana penuh keriangan dalam perjalanan pulang ke rumah masing-masing. Dalam perjalanan pulang, mereka bercengkrama dan bersenda gurau satu sama lain. 

Tidak sedikit dari mereka setelah kuliah subuh selesai tidak langsung pulang, tapi duduk-duduk dulu di tempat yang nyaman. Suasana seperti tadi mungkin tidak akan terlihat pada bulan Ramadhan tahun ini.

Puncak ritual yang biasa dilakukan di ujung bulan Ramadhan adalah Shalat Idul Fitri. Pagi-pagi buta sebagian umat Islam mulai berdatangan menuju ke masjid-masjid atau tanah lapang untuk melaksanakan Shalat Idul Fitri. 

Wajah-wajah ceria penuh maaf terpancar di wajah mereka. Mereka berderet rapi sesuai shaf (barisan) masing-masing seraya mengumandangkan takbir, tahlil, dan tahmid bersahutan dari satu tempat dengan tempat lain.

Sungguh terasa sejuk dan damai. Suasana seperti itu pun mungkin tidak akan bisa disaksikan pada bulan Ramadhan tahun ini. Semua itu karena keadaan sedang tidak normal, ada wabah yang luar biasa.

Suasana bulan Ramadhan tahun ini yang sangat berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya tentu akan menimbulkan keharuan dan kesedihan bagi banyak umat Islam. Mungkin termasuk penulis sendiri.

Semoga kondisi ini  justru membuat kita termotivasi untuk meraih pahala sebanyak-banyaknya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun