Jika dilihat dari perspektif feminisme, fenomena ini mencerminkan langkah maju dalam perjuangan untuk kesetaraan gender di Indonesia.Â
Namun, feminisme juga menuntut evaluasi yang lebih mendalam terhadap konteks sosial, budaya, dan politik di balik keterlibatan perempuan dalam Pilkada.Â
Keterlibatan perempuan dalam politik tidak hanya dilihat sebagai pencapaian simbolis, tetapi juga harus diiringi dengan upaya nyata untuk memperjuangkan isu-isu yang relevan bagi masyarakat luas, seperti kesetaraan hak, akses terhadap pendidikan, kesehatan, dan keadilan sosial.
Feminisme tidak hanya menuntut perempuan untuk mendapatkan posisi kekuasaan, tetapi juga memastikan bahwa perempuan yang berada dalam posisi tersebut dapat mempengaruhi kebijakan secara positif dan berkelanjutan.Â
Selain itu, feminisme juga mendorong adanya perubahan struktural yang lebih luas dalam sistem politik dan masyarakat, agar lebih mendukung partisipasi perempuan dalam politik.
Penutup
Keterlibatan tiga "Srikandi" dalam Pilkada Gubernur Jawa Timur dapat dilihat sebagai fenomena yang merefleksikan kemajuan sosial dan politik perempuan di Indonesia.Â
Ini adalah langkah maju yang signifikan dalam perjuangan feminisme, terutama dalam hal keterwakilan perempuan di posisi-posisi strategis dalam pemerintahan.Â
Namun, kita juga perlu tetap kritis dalam menilai konteks dan motif di balik keterlibatan perempuan dalam politik, serta memastikan bahwa keterlibatan mereka tidak hanya menjadi simbolisme belaka, tetapi juga mampu membawa perubahan substantif yang nyata bagi masyarakat.
Dalam analisis terakhir, fenomena ini menunjukkan bahwa kesetaraan gender dalam politik semakin diakui, meskipun masih banyak tantangan yang harus dihadapi.Â
Feminisme harus terus memperjuangkan keterlibatan perempuan yang lebih luas dalam politik dan pengambilan keputusan, serta memastikan bahwa partisipasi tersebut didasarkan pada prinsip-prinsip kesetaraan dan keadilan yang berkelanjutan.