Mohon tunggu...
Wiwik TriErnawati
Wiwik TriErnawati Mohon Tunggu... Guru - Pemerhati masalah sosial

Penggerak Literasi

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Tiga Srikandi di Pilkada Jawa Timur, Simbol Emansipasi atau Strategi Populisme?

5 September 2024   07:47 Diperbarui: 5 September 2024   07:56 62
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Namun, terlepas dari motif di balik pencalonan, keterlibatan perempuan dalam politik tetap memberikan kontribusi positif terhadap proses demokrasi. Perempuan yang berhasil menembus batas-batas politik yang biasanya didominasi oleh laki-laki berperan dalam mendorong perdebatan yang lebih inklusif dan diversifikasi perspektif dalam pengambilan kebijakan.

4. Peran Media dalam Pembentukan Persepsi

Media memainkan peran yang sangat penting dalam membingkai citra perempuan dalam politik. Sayangnya, dalam banyak kasus, media cenderung lebih menyoroti aspek gender ketimbang visi, misi, atau program kerja yang diusung oleh kandidat perempuan. Hal ini berpotensi mereduksi pencapaian mereka menjadi sekadar simbolisme gender.

Dalam pemberitaan tentang kandidat perempuan, sering kali media membahas bagaimana mereka "menyimbangkan peran" antara karier politik dan tanggung jawab domestik, yang secara tidak langsung memperkuat stereotip tradisional tentang peran perempuan. Sebaliknya, kandidat laki-laki biasanya lebih diberi ruang untuk membahas program kerja dan visi politik mereka tanpa terlalu dihubungkan dengan peran mereka di rumah tangga.

Tantangan bagi kandidat perempuan adalah bagaimana mereka dapat mengarahkan perhatian media dan publik pada kualitas kepemimpinan mereka, bukan semata-mata pada identitas gender mereka. Oleh karena itu, penting bagi media untuk mengubah cara mereka menyoroti kandidat perempuan, dengan lebih fokus pada kompetensi dan visi mereka daripada gender.

5. Feminisme dan Realitas Politik

Jika dilihat dari perspektif feminisme, fenomena ini mencerminkan langkah maju dalam perjuangan untuk kesetaraan gender di Indonesia. Namun, feminisme juga menuntut evaluasi yang lebih mendalam terhadap konteks sosial, budaya, dan politik di balik keterlibatan perempuan dalam Pilkada. 

Keterlibatan perempuan dalam politik tidak hanya dilihat sebagai pencapaian simbolis, tetapi juga harus diiringi dengan upaya nyata untuk memperjuangkan isu-isu yang relevan bagi masyarakat luas, seperti kesetaraan hak, akses terhadap pendidikan, kesehatan, dan keadilan sosial.

Feminisme tidak hanya menuntut perempuan untuk mendapatkan posisi kekuasaan, tetapi juga memastikan bahwa perempuan yang berada dalam posisi tersebut dapat mempengaruhi kebijakan secara positif dan berkelanjutan. Selain itu, feminisme juga mendorong adanya perubahan struktural yang lebih luas dalam sistem politik dan masyarakat, agar lebih mendukung partisipasi perempuan dalam politik.

Penutup

Keterlibatan tiga "Srikandi" dalam Pilkada Gubernur Jawa Timur dapat dilihat sebagai fenomena yang merefleksikan kemajuan sosial dan politik perempuan di Indonesia. Ini adalah langkah maju yang signifikan dalam perjuangan feminisme, terutama dalam hal keterwakilan perempuan di posisi-posisi strategis dalam pemerintahan. Namun, kita juga perlu tetap kritis dalam menilai konteks dan motif di balik keterlibatan perempuan dalam politik, serta memastikan bahwa keterlibatan mereka tidak hanya menjadi simbolisme belaka, tetapi juga mampu membawa perubahan substantif yang nyata bagi masyarakat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun