Mohon tunggu...
Wiwik TriErnawati
Wiwik TriErnawati Mohon Tunggu... Guru - Pemerhati masalah sosial

Penggerak Literasi

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Artikel Utama

Kontroversi Nasib Ojol Sebagai Tulang Punggung Keluarga: Antara Harapan dan Tantangan

2 September 2024   14:38 Diperbarui: 3 September 2024   07:49 720
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Penghasilan harian yang didapatkan dari layanan transportasi, pengantaran makanan, hingga pengiriman barang sering kali membantu memenuhi kebutuhan sehari-hari, seperti membiayai sekolah anak, membayar sewa rumah, dan mencicil kendaraan. 

Fleksibilitas waktu kerja juga memungkinkan para pengemudi untuk menyesuaikan jam kerja mereka dengan kebutuhan keluarga, seperti merawat anak atau bekerja paruh waktu di pekerjaan lain.

Namun, keuntungan tersebut datang dengan tantangan besar. Biaya operasional yang meliputi perawatan kendaraan, bahan bakar, serta keperluan administrasi seperti SIM dan pajak, sering kali menjadi beban berat yang harus ditanggung sendiri oleh pengemudi. 

Tidak jarang, pengemudi menghadapi situasi di mana penghasilan mereka hanya cukup untuk menutup biaya operasional, tanpa ada tabungan yang bisa dialokasikan untuk kebutuhan jangka panjang.

Realitas di Lapangan: Persaingan dan Ketidakpastian

Meskipun profesi ojol menawarkan fleksibilitas dan kemudahan, kenyataannya tidak semudah yang dibayangkan. Salah satu tantangan terbesar yang dihadapi oleh para pengemudi ojol adalah tingginya tingkat persaingan. 

Dengan semakin banyaknya orang yang tertarik untuk menjadi pengemudi ojol, jumlah pengemudi yang tersedia jauh melebihi permintaan dari konsumen. Hal ini menyebabkan penghasilan per pengemudi menjadi tidak menentu dan sering kali tidak mencukupi untuk menutupi biaya operasional kendaraan.

Biaya operasional yang harus ditanggung oleh pengemudi tidaklah sedikit. Mereka harus memastikan kendaraan mereka dalam kondisi baik, yang berarti harus rutin melakukan perawatan, mengganti suku cadang, dan mengisi bahan bakar. 

Semua ini mengurangi margin keuntungan yang mereka peroleh. Belum lagi, risiko kecelakaan di jalan yang tinggi dan kurangnya perlindungan asuransi membuat profesi ini penuh dengan ketidakpastian.

Perubahan kebijakan dari perusahaan aplikasi juga menjadi tantangan tersendiri. Banyak pengemudi mengeluhkan perubahan algoritma dan kebijakan yang sering kali tidak transparan dan merugikan mereka. 

Misalnya, penurunan tarif per kilometer atau perubahan sistem bonus yang mengurangi insentif bagi pengemudi. Kondisi ini membuat banyak pengemudi merasa terjebak dalam lingkaran ketidakpastian yang terus mengancam kesejahteraan mereka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun