Mohon tunggu...
Wiwik TriErnawati
Wiwik TriErnawati Mohon Tunggu... Guru - Pemerhati masalah sosial

Penggerak Literasi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Fenomena Cancel Culture pada Raffi Ahmad, Dampak Politik dan Unfollow Massal di Media Sosial

28 Agustus 2024   09:41 Diperbarui: 28 Agustus 2024   09:41 594
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di tengah memanasnya situasi politik pada tahun 2024, Raffi Ahmad secara terbuka menunjukkan dukungannya terhadap kebijakan tertentu dari pemerintah. Dukungan ini dilihat oleh beberapa kalangan sebagai langkah kontroversial, terutama karena situasi politik yang sangat terpolarisasi. 

Banyak penggemar Raffi yang merasa kecewa dengan posisinya tersebut, terutama mereka yang tidak sepakat dengan kebijakan yang ia dukung. Hal ini menyebabkan sejumlah besar pengikut media sosialnya memutuskan untuk berhenti mengikuti akun-akunnya.

Menurut data yang diambil dari platform Twitter, Instagram, dan TikTok, setelah Raffi Ahmad memposting dukungannya terhadap pemerintah pada Januari 2024, terjadi penurunan drastis dalam jumlah pengikutnya. 

Dalam waktu seminggu setelah postingan tersebut, Raffi kehilangan sekitar 300.000 pengikut di Instagram, 150.000 pengikut di Twitter, dan 100.000 pengikut di TikTok. Fenomena unfollow massal ini menjadi salah satu contoh nyata dari bagaimana Cancel Culture bekerja di era digital, terutama ketika menyangkut isu-isu sensitif seperti politik.

Peran Media Sosial dalam Cancel Culture

Media sosial telah menjadi medan tempur utama dalam budaya "cancel." Saat seorang selebriti, seperti Raffi Ahmad, menyuarakan pendapat yang kontroversial atau memihak kelompok tertentu, reaksi dari netizen bisa sangat cepat dan masif. Netizen memiliki kekuatan yang besar untuk menghukum figur publik melalui aksi boikot digital, salah satunya adalah dengan unfollow massal atau bahkan menyerukan boikot terhadap brand yang bekerja sama dengan selebriti tersebut.

Dalam kasus Raffi Ahmad, banyak netizen yang mengungkapkan kekecewaan mereka melalui tagar #UnfollowRaffi dan #BoikotRaffi, yang sempat menjadi trending di Twitter. Mereka menyatakan bahwa sebagai selebriti, Raffi seharusnya bersikap netral dan tidak memihak salah satu pihak politik, terutama dalam situasi yang terpecah seperti di tahun 2024.

Respons Raffi Ahmad dan Upaya Pemulihan

Raffi Ahmad merespons reaksi tersebut dengan tenang. Dalam salah satu pernyataannya di Instagram Live, ia menyampaikan bahwa dukungannya terhadap kebijakan pemerintah adalah bentuk dari kebebasan berpendapat yang ia yakini sebagai hak setiap warga negara. Dia juga menyatakan bahwa meskipun kehilangan pengikut adalah sesuatu yang ia sadari, ia lebih menghargai keberanian untuk menyuarakan apa yang menurutnya benar.

Selain itu, Raffi mencoba meredakan situasi dengan melakukan berbagai aktivitas sosial dan kampanye yang lebih inklusif, yang berfokus pada persatuan dan toleransi. Dia juga mengajak pengikutnya untuk berdiskusi secara terbuka mengenai perbedaan pendapat tanpa harus saling menjatuhkan.

Namun, meskipun upayanya untuk memperbaiki citra publik terbilang cukup baik, dampak dari unfollow massal tersebut tetap terasa dalam karier digitalnya. Dalam tiga bulan setelah insiden tersebut, meskipun ia kembali memperoleh sebagian pengikutnya, angka pemulihan masih belum kembali ke posisi semula. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun