Mohon tunggu...
Wiwik TriErnawati
Wiwik TriErnawati Mohon Tunggu... Guru - Pemerhati masalah sosial

Penggerak Literasi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Menyoal Kampanye Tara Basro tentang "Percaya Diri dan Cinta kepada Diri Sendiri" dari Konstruksi Gender

5 Maret 2020   11:00 Diperbarui: 24 Juni 2020   11:14 505
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Wahai perempuan, cintailah dirimu apa adanya.| Sumber: Pixabay/Geralt

"Postingan dengan caption "Coba percaya sama diri sendiri" ini memamerkan lipatan tubuh Tara Basro, tujuannya menularkan rasa percaya diri kepada semua orang." 

Tubuh merupakan keseluruhan struktur fisik organisme manusia, yang terdiri atas bentuk tubuh yang kasat mata dan tidak. Karena dalam tubuh manusia ada serangkaian antara jiwa dan raga, bukan hanya ada tangan, hidung, kepala, kaki, mata, rambut, rahim dan lain-lain.

Tetapi mencakup seisi jiwa baik itu pikiran, perasaan, hati dan atas apa yang tak terlihat untuk mata namun bisa dirasakan dalam satu naluri manusia. Semua itu ada dalam satu rangkaian yang terbentuk menjadi satu yaitu tubuh, dikutip dari Listiyono Santoso, dkk, hal. 179.

Tubuh perempuan sebagai sebuah persoalan akan berhadapan dengan pemaknaan atas fungsi fisiknya. Secara fisik, tubuh perempuan adalah sebuah identitas yang membedakannya dengan tubuh laki-laki baik penampakannya, fungsi maupun konfigurasi anatominya yang lain, tubuh perempuan berkaitan dengan hal-hal yang dikonstruksi secara sosial dan budaya pada peran dan fungsinya.

Fakta yang menarik ketika Tara Basro tanpa malu-malu mengunggah foto tanpa busana ke akun media sosial pribadinya, yang kini telah dihapus. Postingan dengan caption "Coba percaya sama diri sendiri" ini memamerkan lipatan tubuh Tara Basro, tujuannya menularkan rasa percaya diri kepada semua orang. 

Postingan Tara tersebut mendapat apresiasi dari netizen. Ada yang mendukung dan ada juga yang merasa telah diingatkan untuk cinta kepada diri sendiri.  

Pro dan kontra belakangan muncul ketika postingan tersebut dianggap oleh pemerintah melanggar UU ITE. Apa yang dianggap baik untuk menggugah kesadaran kaum perempuan untuk tidak terjebak pada konsep cantik itu harus berkulit putih dan tubuh langsing, tidak semuanya direspon secara positif. 

Perempuan yang saat ini selalu memenjarakan dirinya untuk selalu tampil ayu, cantik, langsing sehingga harus berupaya memake over wajah dan tubuhnya dengan berbagai cara tanpa mempertimbangkan berapa banyak biaya yang harus mereka keluarkan.

Jika perempuan itu pada level status sosial atas bukan sebuah hambatan untuk menjadikan persis atau menyamakan dirinya dengan perempuan-perempuan ayu atau cantik seperti dalam tokoh-tokoh dongeng atau komik. 

Sebaliknya perempuan pada level status sosial bawah berupaya me-make over dirinya dengan produk-produk kecantikan yang murah dan instan, yang tentunya lambat laun akan berdampak buruk pada kesehatannya.

Fenomena menguatnya komersialisasi tubuh perempuan sebagai obyek, telah menemukan akarnya dari zaman silam. Sejak dulu, tubuh perempuan sudah dianggap obyek, pemandangan, bahan hiasan. Hal ini dijelaskan sangat baik oleh Filsuf Prancis Simone Beauvoir (The Second Sex, 1949). 

Menurutnya, perempuan sejak lama selalu dianggap sebagai "yang lain" atau (gender) yang kedua. Kalau laki-laki itu utama, gagah, perkasa, kuat, berwibawa, memberi nafkah, menjaga dan posisi diatas. 

Sebaliknya, perempuan dituntut untuk ayu, manis, menerima, mengerti laki-laki, merawat rumah, dan menduduki posisi subordinat di bawah laki-laki. 

Ketika posisi ini dipertegas, maka perempuan harus berpakaian, bergerak, berinteraksi dan bersuara sesuai dengan posisinya. Tata cara pemikiran seperti itu adalah hasil konstruksi gender yang dibangun sejak dulu dan dilanggengkan hingga sekarang. 

Untuk menggugah kesadaran kaum perempuan, memang sulit, mencintai diri sendiri, mencintai tubuhnya, menerima segala kekurangan dalam dirinya, dan tidak membandingkan secara fisik dengan perempuan lainnya. 

Tidak perlu berpikir keras untuk memanage keuangan kita yang sebagian persentasenya untuk menjadikan kita cantik.

Cintailah dirimu apa adanya. Jangan percaya cantik itu mahal dan menyakitkan. Buatlah diri sendiri nyaman dengan segala kekurangan dan kelebihan dalam tubuh kita. Mari kita move on, tanamkan cantik tidak harus berkulit putih dan bertubuh langsing.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun