Wiwik Kuswijayanti (34202200040), Mahasiswa Prodi Pendidikan Matematika, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Islam Sultan Agung.
Mata Kuliah: Etnomatematika
Dosen Pengampu: Nila Ubaidah, S.Pd., M.Pd.
Pengertian Etnomatematika
Etnomatematika merupakan cabang ilmu yang mempelajari hubungan antara matematika dan budaya, terutama bagaimana konsep-konsep matematika diterapkan dalam konteks budaya tertentu. Dengan pendekatan etnomatematika, kita dapat memahami bagaimana masyarakat memanfaatkan prinsip-prinsip matematika dalam kehidupan sehari-hari, yang terkadang terinspirasi dari filosofi budaya lokal. Contoh nyata penerapan etnomatematika dapat ditemukan pada Jembatan Barelang di Kota Batam, Provinsi Kepulauan Riau. Jembatan ini bukan hanya sekadar penghubung antar pulau, tetapi juga simbol keindahan arsitektur yang memanfaatkan konsep-konsep matematika, khususnya geometri.
Jembatan Barelang sebagai Ikon Budaya dan Matematika
Jembatan Barelang merupakan rangkaian enam jembatan yang menghubungkan Pulau Batam, Pulau Tonton, Pulau Nipah, Pulau Rempang, Pulau Galang, dan Pulau Galang Baru. Jembatan ini memiliki panjang total 2.264 meter dan menjadi ikon penting bagi masyarakat Kepulauan Riau. Nama "Barelang" sendiri adalah singkatan dari Batam, Rempang, dan Galang, yang menunjukkan fungsi jembatan sebagai penghubung pulau-pulau tersebut. Dalam perancangannya, Jembatan Barelang mengadopsi berbagai bentuk geometris seperti bidang, titik, bangun datar, bangun ruang, kesebangunan, kongruensi, serta penggunaan sudut, sehingga jembatan ini juga berperan sebagai representasi visual dari berbagai konsep geometri.
Penggunaan Konsep Geometri dalam Desain Jembatan Barelang
Konsep-konsep geometri yang diterapkan pada Jembatan Barelang terlihat dari struktur cable-stayed, yang membentuk pola segitiga. Dari tampak samping, terlihat segitiga sama kaki, di mana dua sisi yang sama panjang berfungsi sebagai kaki segitiga tersebut. Bentuk segitiga ini memberikan kestabilan tambahan pada struktur jembatan. Selain itu, terdapat pula segitiga siku-siku yang membentuk sudut 90 derajat, dengan satu sisi membentuk sudut siku dan satu sisi lainnya sebagai sisi miring. Bentuk segitiga yang kuat secara struktural ini dimanfaatkan untuk menjaga keseimbangan beban yang diterima oleh jembatan.
Bagian lain yang menarik dari Jembatan Barelang adalah penggunaan bangun persegi panjang pada struktur utamanya. Persegi panjang ini terdiri dari dua bagian yang saling berhadapan, dihubungkan oleh empat garis dan membentuk empat titik sudut sebesar 90 derajat. Keempat sudut ini menjaga kestabilan dan simetri dari struktur jembatan, sehingga distribusi beban dapat merata. Dalam penerapan etnomatematika, persegi panjang tersebut bukan hanya sekadar bentuk, tetapi juga merepresentasikan stabilitas dan keseimbangan yang merupakan prinsip penting dalam banyak kebudayaan.
Di bawah struktur persegi panjang, terdapat elemen trapesium sama kaki yang juga memiliki fungsi penting. Trapesium ini terdiri dari empat sisi, di mana dua sisi yang berlawanan bersifat sejajar. Bentuk ini memiliki sifat geometris khusus, di mana jumlah sudutnya mencapai 360 derajat dan sudut-sudut yang bersebelahan memiliki total 180 derajat. Dalam struktur jembatan, trapesium membantu mendistribusikan beban dari bagian atas ke bagian bawah secara merata, sehingga memberikan stabilitas tambahan. Pemilihan bentuk ini menunjukkan bagaimana prinsip-prinsip geometri dapat digunakan dalam arsitektur untuk mencapai keseimbangan beban.
Jembatan Barelang juga memiliki komponen bangun ruang, seperti tiang penyangga berbentuk balok. Struktur balok ini penting sebagai penopang utama yang menanggung beban dari seluruh jembatan. Setiap balok memiliki enam sisi yang berpasangan secara sejajar dan membentuk sudut 90 derajat di setiap sisinya, menciptakan struktur kokoh yang memastikan jembatan tetap stabil. Dengan bentuk balok ini, jembatan mampu menahan berbagai tekanan yang datang dari lalu lintas kendaraan maupun kondisi cuaca.