Paparan dini dari konten digital dapat membentuk jalur saraf mereka, yang berpotensi membatasi kemampuan untuk fokus pada tugas non-digital dan menghambat pengembangan keterampilan berpikir kritis. Alhasil, kita kerap melihat lemahnya generasi ini dalam hal literasi dan numerasi.
Baca juga:Â Ambil Keputusan Keuangan Lebih Baik dari Membaca Psychology of Money
Membangun Berpikir Kritis di Tengah Distraksi
Meskipun tantangan yang ditimbulkan oleh ekonomi perhatian sangat besar, tantangan tersebut bukan tidak dapat diatasi, khususnya untuk orang tua. Apa yang bisa dilakukan untuk membatasi distraksi ini?
1. Pendidikan Literasi Digital
Mengajarkan anak cara mengevaluasi sumber, mengidentifikasi informasi yang salah, dan mengenali bias algoritmik sangat penting. Sekolah dan orang tua dapat memainkan peran penting dalam mengintegrasikan literasi digital ke dalam kurikulum dan kehidupan sehari-hari.
2. Praktik Mindfulness
Mindfulness dapat membantu mengatasi fokus yang terfragmentasi akibat gangguan digital yang konstan. Praktik seperti meditasi, menulis jurnal, dan waktu "tanpa teknologi" yang disengaja mendorong refleksi dan pemikiran mendalam. Hal ini juga diperlukan untuk orang tua agar tetap berpikir logis dalam mendidik anak.
3. Mendorong Konsumsi Konten Panjang
Membaca buku, menonton film dokumenter, dan membaca artikel mendalam dapat mengimbangi efek konten berdurasi pendek. Hal ini dapat orang tua lakukan bersama dengan anak, pastikan memberikan platform yang memprioritaskan materi edukatif dan pemikiran mendalam sesuai dengan usia.
4. Diskusi Kritis
Latih kemampuan anak untuk berpikir kritis dengan membangun pertanyaan dan rasa ingin tahu, membiasakan terlibat dalam debat, diskusi kelompok, dan latihan pemecahan masalah dapat meningkatkan keterampilan analitis dan memaparkan pada berbagai sudut pandang.
5. Menetapkan Batasan dengan Teknologi
Orang tua harus berani menetapkan zona atau waktu tanpa teknologi, termasuk memberikan contoh untuk membatasi penggunaan media sosial, menciptakan ruang untuk berpikir tanpa gangguan atau notifikasi media sosial, dan mendukung interaksi yang bermakna antara orang tua dan anak.
Ada banyak hal yang bisa dilakukan oleh orang tua dan individu dewasa untuk berhenti menjadi objek dari attention economy ini. Dengan menumbuhkan keterampilan berpikir kritis dan menavigasi fokus dengan bijak, generasi emas dan unggul bukan hanya isapan jempol.
Referensi:
- https://standard.asl.org/27705/uncategorized/social-media-causes-attention-spans-to-drop/
- https://profiletree.com/attention-span-crisis-digital-age-statistics/
- Ethan Hilman, This is Your Brain on Social Media: How Social Media Use Changing Our Attention Spans, Research Archive of Rising Scholars (preprint).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H