Kemandirian berpikir akan menumbuhkan kemampuan berpikir kreatif dan menantang asumsi. Alhasil seseorang mampu memecahkan masalah dan mendorong kemajuan di berbagai bidang. Sayangnya, bagaimana mampu memberikan solusi jika kemampuan melihat masalah dan berpikir sistematis tidak dimiliki?
Kita telah melihat banyaknya masalah tidak terselesaikan hanya karena kita gagal untuk melihat akar masalah sebenarnya. Seperti, banyaknya kasus pinjaman online (pinjol), solusi yang dipilih adalah dengan mengubah nama menjadi pindar atau pinjaman daring, bukan perbaikan kondisi ekonomi dan literasi keuangan.
3. Pengambilan Keputusan Kurang Bijaksana
Keputusan yang bijaksana berasal dari kemampuan untuk mempertimbangkan opsi, memikirkan konsekuensi, dan memilih dengan bijak. Sayangnya, dengan lemahnya berpikir kritis dan sistematis, banyak orang mengambil keputusan dalam hidup dengan tidak bijaksana.
Kita sering melihat konten di media sosial dimana banyak orang menikah karena lelah bekerja, bukan? Pertanyaan selanjutnya, apakah setelah menikah, kondisi ekonomi secara otomatis membaik dan menjadi kaya? Parahnya, banyak orang kurang memikirkan konsekuensi dari pernikahan yang tidak dipersiapkan dengan baik.
Berpikir kritis bukan hanya skill berharga, tetapi juga alat bertahan hidup dan tetap waras di dunia digital dewasa ini.
Baca juga:Â 7 Alasan Pentingnya Pendidikan untuk Hidup Berkualitas
Menurunnya Attention Span Generasi Y, Z, dan Alpha sebagai Dampak Attention Economy
Nyata terjadi bahwa attention span setiap generasi semakin menyusut yang menjadi ciri khas era digital, dimana:
- Generasi Y (Milenial)
Mereka yang lahir antara 1981 dan 1996, tumbuh selama transisi dari analog ke digital. Meski generasi ini mahir multitasking, nyatanya juga menghadapi tantangan untuk menyeimbangkan pekerjaan, media sosial, dan kehidupan pribadi.
Media sosial berhasil membuat attention span generasi ini menurun, dimana rata-rata milenial dapat mempertahankan fokus sekitar 12 detik sebelum terganggu. Meski keterampilan berpikir kritis mereka dibentuk selama masa tumbuh, konektivitas terus-menerus di masa dewasa menjadi tantangan untuk menjaga fokus.
- Generasi Z
Mereka yang lahir antara 1997 dan 2012, adalah generasi pertama yang tumbuh sepenuhnya di era digital. Media sosial menjadi bagian integral dari sosialisasi dan pembentukan identitas mereka. Alhasil, Â attention span gen Z berdasarkan penelitian menunjukkan sekitar 8 detik untuk tetap fokus.
Attention span yang lebih pendek, dikombinasikan dengan ketergantungan pada konten yang dikurasi algoritma, membuat generasi ini sulit terlibat secara mendalam dengan ide-ide kompleks dan mengembangkan perspektif yang berbeda.
- Generasi Alpha
Lahir setelah 2012, Generasi Alpha dibesarkan dengan perangkat pintar sebagai mode interaksi utama mereka. Perkembangan kognitif dan sosial mereka sangat terkait dengan teknologi. Studi yang sedang berkembang menunjukkan bahwa attention span Generasi Alpha mungkin lebih pendek dibandingkan Gen Z, meskipun angka pastinya masih dalam penelitian.