Sepanjang 2024, pertumbuhan ekonomi Indonesia mencapai 5% namun tidak secara otomatis membuat kemiskinan semakin menurun, realitanya adalah mereka yang jatuh di kategori miskin semakin meningkat. Maka, pertumbuhan ekonomi tidak dirasakan oleh semua kalangan, namun hanya kalangan tertentu. Lantas, apakah bisa keluar dari kemiskinannya?
Baca juga: Bijaksana Atur Keuangan Pribadi untuk Kelas Menengah
Ada banyak hambatan yang harus dihadapi, mulai dari akses pendidikan yang buruk, kurangnya layanan kesehatan, minimnya keuangan, hingga kebijakan yang diskriminatif. Kita bisa lihat dari konten viral yang menunjukkan siswa SMA yang belum bisa pembagian sederhana bahkan membaca, miris bukan?
Selain pendidikan, keterbatasan pada akses kesehatan juga terhambat. Tanpa layanan kesehatan yang memadai, seseorang tentu tidak dapat maksimal dalam bekerja, belajar, atau mengurus keluarga, dan kemiskinan sulit untuk dipatahkan.
Hal ini menciptakan lingkaran setan dimana kurangnya layanan kesehatan menghalangi masyarakat untuk keluar dari kemiskinan, dan kondisi kemiskinan itu sendiri berkontribusi terhadap buruknya kondisi kesehatan.
Belum lagi faktor psikologis dari mereka yang lahir dari keluarga miskin. Berdasarkan penelitian, ada perbedaan yang mendasar terhadap fungsi otak dan kemampuan mengambil keputusan atau fungsi kognitif, dari mereka yang lahir miskin dengan yang lahir kaya.
Jadi, wajar jika mereka yang lahir miskin sulit untuk membuat pilihan dan merencanakan masa depan untuk memperbaiki keadaan, bahkan saat peluang itu ada, mereka sulit untuk memanfaatkan peluang tersebut agar keluar dari kemiskinan.
Baca juga: Tingkatkan Fungsi Kognitif Otak dengan Membaca
Harga yang Harus Dibayar
Semua ada harga yang perlu dibayar, mana yang mau Anda bayar?
Jika melihat kompleksitas hambatan yang ada, di tengah kemudahan akses internet, tentu ‘kurangnya informasi’ tidak bisa menjadi alasan untuk keluar dari kemiskinan. Memiliki curiosity mencari informasi ‘apa itu miskin, bagaimana keluar dari kemiskinan, dan bagaimana cara menjadi kaya’. Kesadaran diri adalah langkah pertama untuk hidup yang lebih baik.
Dalam scope yang lebih luas, salah satu contoh dari pendekatan tersebut adalah konsep “pertumbuhan inklusif,” yang menekankan pentingnya memastikan bahwa pertumbuhan ekonomi memberikan manfaat bagi semua sektor masyarakat, terutama kelompok masyarakat termiskin.
Kerjasama antara diri sendiri dan pihak eksternal, seperti pemerintah, organisasi masyarakat yang fokus pada pengentasan kemiskinan, atau pihak lain yang memiliki daya, akan membantu proses peningkatan kualitas hidup lebih cepat.